Home BERITA Melawan Arus

Melawan Arus

0
53 views
Ilustrasi: Berlari dalam kegelapan; melawan arus. (Ist)

Puncta 28 April 2025
Senin Paskah II
Yohanes 3: 1-8

TAHUN 2006 terjadi gempa bumi di Jogja. Tepatnya pada hari Sabtu 27 Mei 2006 pada pukul 05.53 WIB. Gempa mengguncang Jogja dan sekitarnya dengan kekuatan 5.9 skala Richter dan menghancurkan banyak gedung dan bangunan.

Setelah ada gempa, orang dikejutkan dengan berita adanya tsunami dari Laut Selatan. Seluruh jalanan di wilayah Jogja penuh dengan hirup pikuk kendaraan orang ingin menyelamatkan diri.

Dari daerah selatan, orang hiruk-pikuk menuju ke utara. Jalan Kaliurang penuh sesak kendaraan menuju ke Merapi.

Sementara banyak korban berjatuhan dibawa ke Rumah Sakit. RS Panti Rapih kebanjiran pasien korban gempa. Pihak rumah sakit minta bantuan para frater Seminari Tinggi Santo Paulus Kentungan untuk ikut jadi relawan.

Para frater tidak bisa menggunakan kendaraan menuju ke selatan saking berjubelnya arus ke arah “utara” di Kaliurang.

Akhirnya mereka memutuskan jalan kaki menembus arus kendaraan menuju Rumah Sakit Panti Rapih. Banyak orang lari dari bahaya mati. Para frater justru menghadapi dengan tegar.

Semua orang menyelamatkan diri ke arah Gunung Merapi. Tetapi frater-frater ini justru menuju ke rumah sakit untuk menyelamatkan nyawa orang lain.

Banyak orang takut pada kematian. Para frater justru ingin membantu menyelamatkan hidup orang.

Merekalah orang-orang yang dilahirkan dari Roh. Yesus berkata, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh.”

Orang yang dilahirkan dari Roh memikirkan kehidupan. Orang yang dilahirkan dari daging berpikir takut pada kematian.

Para frater itu menembus arus sebagian besar orang yang ingin menyelematkan diri sendiri. Mereka tidak peduli dengan nyawanya sendiri, namun justru nyawa pasien yang dipikirkan.

Orang-orang seperti inilah yang telah dilahirkan kembali dari air dan Roh lewat pembaptisan. Baptis membuat orang berani berkorban demi keselamatan orang lain. Iman membuat mereka berani menantang arus budaya kematian.

Apakah kita yang sudah dilahirkan dari Roh lewat pembaptisan, berani melawan arus zaman yakni budaya kematian yang melanda dunia sekarang ini?

Melayat di pemakaman Bapa Suci,
Hanya bisa melihat di depan TV.
Setiap orang bisa lahir kembali,
Untuk hidup baru bernuansa ilahi.

Wonogiri, lahir dalam Roh
Rm. A. Joko Purwanto, Pr

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here