Melayani Bukan Menguasai

0
26 views
Cara berbeda melayani Tuhan

Minggu 22 September 2024.

Keb. 2:12,17-20.
Mzm. 54:3-4,5,6,8.
Yak. 3:16-4:3.
Mrk. 9:30-37

DI tengah perjalanan hidup, kita sering kali tergoda untuk mencari pengakuan dan kekuasaan. Namun dalam kehidupan ini seringkali kita alami bahwa kebesaran kita terima bukan karena kita menguasai orang lain. Namun karena pelayanan yang kita berikan kepada orang lain.

Pengalaman ini, mengingatkan kita untuk tidak mencari kepentingan diri, tetapi mengutamakan orang lain. Melayani bukanlah hal yang mudah; sering kali ada pengorbanan dan rasa lelah. Tetapi, ketika kita melayani dengan tulus, kita akan menemukan kepuasan dan kebahagiaan yang sejati.

Meski tetap saja banyak orang yang terjebak dalam pemikiran bahwa jabatan akan membawa kebesaran. Namun, kita perlu memahami bahwa kebesaran yang sebenarnya terletak pada seberapa banyak kita dapat memberi kepada orang lain.

“Seorang artis yang selama ini terkenal karena kontroversial mencalonkan diri sebagai calon bupati di daerah saya,” kata seorang sahabat.

“Dia bukan asli dari daerah kami, namun tiba-tiba dicalonkan oleh partai politik tertentu. Sang artis mengatakan bahwa saatnya kini mengabdi dan melayani pada masyarakat setelah dia merasa sudah cukup dengan acara infotainment.

Terlepas dari pernyataannya, hajatan pilkada cenderung dijadikan jembatan orang untuk mengejar ambisi menjadi penguasa daerah bukan untuk melayani warga daerahnya. Sering kali setelah menjabat mereka menampilkan motivasi yang sesungguhnya, yakni menguasai dan memperkaya diri,” ujar sahabatku itu.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Yesus duduk dan memanggil kedua belas murid itu. Kata-Nya kepada mereka: “Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya.”

Dalam masyarakat kita, sering kali kebesaran diukur dari posisi, kekuasaan, atau pengaruh. Banyak orang berusaha untuk menduduki tempat teratas, tetapi Yesus mengubah paradigma ini. Ia menegaskan bahwa kebesaran sejati datang dari kerendahan hati dan pelayanan. Dengan mengangkat yang terakhir, Dia mengajarkan kita bahwa menjadi pelayan adalah jalan menuju kebesaran.

Yesus sendiri adalah contoh sempurna dari pelayanan. Kita melihat Dia mencuci kaki murid-murid-Nya, sebuah tindakan yang seharusnya dilakukan oleh pelayan terendah. Tindakan ini menunjukkan bahwa meskipun Dia adalah Tuhan, Dia tidak segan untuk merendahkan diri demi kasih kepada orang lain. Ini adalah panggilan kita sebagai pengikut-Nya – untuk mengikuti jejak-Nya dalam melayani.

Setiap kali kita membantu, mendukung, atau memberikan waktu kita untuk orang lain, kita mencerminkan kasih Kristus. Pelayanan tidak hanya menguntungkan orang lain, tetapi juga membawa sukacita dan kedamaian dalam hati kita.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku melayani dengan tulus hati atau ada motivasi tersembunyi untuk menguasi sesama?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here