Melbourne, Jalan Salib Ekumenis (1)

0
1,811 views

[media-credit name=”Royani Lim” align=”alignleft” width=”300″][/media-credit]BANYAK cara bisa ditempuh untuk merenungi kisah sengsara Yesus. Di Indonesia, mayoritas umat katolik melakukannya sembari berziarah di sejumlah tempat suci (gua-gua Maria) melalui sembahyang mengikuti “alur” perhentian-perhentian.

Namun di pusat kota Melbourne, passio dilakukan secara berbeda. “Jalan” itu ditempuh dengan cara mengikuti rute tertentu. Itu sudah pasti. Dan umat kristiani di jantung kota Melbourne menempuh “rute khusus” yakni dengan mengunjungi setidaknya 10 lokasi gereja berbeda di jantung kota Melbourne. Jarak tempuhnya tak kurang dari dua kilometer. Tentu saja, harus berjalan kaki.

Jadilah, sekali waktu saya juga mengikuti rangkaian ibadat gerejani sepanjang Pekan Suci di Melbourne. Setidaknya harapan saya sebagai warga Indonesia yang sudah terbiasa mengikuti prosesi jalan salib dengan/sambil ziarah bisa “terobati”, karena Melbourne telah menyediakan “titik-titik perhentian” itu di 10 lokasi gereja yang berbeda-beda.

Lempeng tembaga
Nyaris sama dengan Indonesia yang menyediakan rute jalan salib dengan ornamen pahatan, pun Melbourne juga menyediakan 14 titik perhentian itu dengan media seni berupa lempengan-lempengan tembaga berukuran besar. Adalah Anna Meszaros, seniman pahat yang masih muda belia, yang mengerjakan noktah-noktah kisah passio ini.

Sebagai seniman pahat generasi ketiga di keluarga besarnya yang juga seniman, Meszaros mendapat mandat dari otoritas gereja di Melbourne untuk menempatkan karya-karya seninya di halaman depan gereja-gereja di jantung kota Melbourne.

Singkat kata, umat kristiani yang terdiri dari berbagai komunitas gerejani di Melbourne melakukan ritual doa jalan salib di depan karya seni Meszaros. Yang menarik, program ini dirancang oleh MCCIA (Melbourne City Churches in Action). Ini adalah satu kelompok paguyuban ekumenis yang merupakan “lembaga” perwakilan 16 unit komunitas gereja-gereja yang tersebar di seluruh penjuru jantung kota Melbourne. (Bersambung)

Royani Lim,
alumnus Program Pascasarjana Ekonomi di University of Melbourne (2007).

Photo credit: Royani Lim

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here