APAKAH untuk percaya orang harus melihat? Itulah pertanyaan banyak orang. Mereka mau percaya asal sudah melihat. Namun, Yesus bersabda kepada Thomas, “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya?” (Yohanes 20: 29).
Hari ini, kita merayakan Pesta Santo Yohanes, pengarang injil. Bacaan-bacaannya (1 Yohanes 1: 1-4 dan Yohanes 20: 2-8) mengajak kita merenungkan dua hal penting, yakni melihat dan percaya.
Santo Yohanes memberi kesaksian tentang firman hidup (Yesus Kristus). Sang Firman telah dinyatakan dan Santo Yohanes telah melihat-Nya. Tidak hanya melihat, dia juga menuliskan dan memberitakannya (1 Yohanes 1: 4).
Tujuannya, agar orang percaya dan memperoleh persekutuan dengan Bapa dan Anak-Nya, Yesus Kristus (1 Yohanes 1: 4).
Selama kurang lebih tiga tahun, Santo Yohanes tinggal bersama Yesus. Dia melihat dengan mata kepalanya sendiri segala yang diajarkan dan dilakukan oleh Yesus. Dia juga menyaksikan kesengsaraan dan wafat-Nya (Yohanes 19: 26). Namun, dia belum sungguh melihat dan percaya.
Yang paling membahagiakan adalah saat dia boleh melihat kubur kosong dan kain kafan serta kain peluh (Yohanes 20: 5). Lalu, dia masuk ke dalam kubur. Ia melihat dan percaya (Yohanes 20: 8). Melihat fakta iman tentang kebangkitan membuat dia percaya.
Dia bukan hanya melihat kubur yang terbuka dan kosong, melainkan melihat dengan iman bahwa yang dikatakan Yesus terpenuhi. “Dia akan bangkit pada hari ketiga.” (Markus 9: 31).
Santo Yohanes membagikan yang dilihat dan dipercayanya lewat tulisan (surat dan injil Yohanes).
Dengan demikian, banyak orang bisa melihat Yesus dan percaya kepada-Nya. Dia tidak menyimpan pengalaman iman itu untuk dirinya sendiri.
Yang dilakukannya itu mengingatkan agar orang yang telah mengenal dan mengimani Yesus tidak menyimpannya untuk diri sendiri, melainkan berbagi dengan sesamanya.
Dengan demikian akan ada semakin banyak orang yang melihat dan percaya.
Mengapa? “Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan.” (Markus 16: 16).
Selasa, 27 Desember 2022
Pesta Santo Yohanes, pengarang injil