Melihat dengan Mata Iman

0
74 views
Supaya semua yang masuk melihat cahaya, by Vatican News.

Jumat 26 Juli 2024.

Sir. 44:1,10-15;
Mzm. 132:11,13-14,17-18;
Mat. 13:16-17

HIDUP terjadi dari apa yang kita pikirkan. Ketika kita berpikir bahagia, hidup kita akan membahagiakan. Ketika berpikir sebaliknya, kenyataan akan seperti itu.

Hidup layaknya sebuah cermin dan diri kita adalah pikiran kita sendiri. Untuk membuatnya nampak menarik dan menyenangkan, maka yang ada di dalam pikiran kita pun harus diselaraskan. Tidak ada orang yang bahagia ketika dalam pikirannya penuh dengan duka dan pikiran-pikiran negatif. Kebahagiaan hanya datang pada mereka yang yakin bahwa hidup adalah sebuah berkat yang harus disyukuri.

Sesuatu yang baik bisa menjadi hal buruk bagi hidup kita dan sesuatu yang buruk bisa memberikan hal yang baik pada diri kita. Hasil akhirnya tergantung dari bagaimana kita menyikapi keadaan dari suatu kejadian yang terjadi pada diri kita.

Maka tidak perlu heran ketika kita mengetahui ada orang yang tetap bahagia meski dirundung banyak masalah. Mungkin kita harus belajar bagaimana caranya menyikapi secara positif pada masalah yang negatif.

“Setiap peristiwa saya amini sebagai jalan Tuhan untuk membimbingku,” kata seorang bapak.

“Beberapa peristiwa baik keberhasilan maupun kegagalan telah menunjukkan padaku bahwa tidak ada peristiwa yang kebetulan, semua sudah ada dalam rancangan Tuhan bagiku. Bahkan kegagalan dalam hidup rumahtanggaku; dalam perkawinanku.

Kini aku terus menjalani hidup dengan semangat dan keyakinan yang lebih besar. Saya belajar untuk melihat kebijakan Allah dalam setiap peristiwa dan pertemuan dalam hidupku.

Setiap tantangan yang aku hadapi adalah peluang untuk tumbuh dan memperluas cinta dan kasih di dunia ini. Aku telah belajar bahwa meskipun aku tidak selalu mengerti rencana Allah pada saat itu, tetapi saya selalu percaya bahwa rencana-Nya selalu lebih indah dari yang aku bayangkan.

Inilah mengapa meski aku gagal berumah tangga namun berkat Tuhan, aku bisa membesarkan anak-anak dengan baik, dan menghantar mereka mencapai cita dan cinta mereka,” ujar bapak itu.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.”

Pada peringatan Santa Anna dan Santo Yoakim orangtua Santa Perawan Maria, Bunda Yesus, Putera Allah, kita dipanggil untuk meneladan iman mereka. Mereka dikenal sebagai keturunan Raja Daud yang setia menjalankan kewajiban-kewajiban agamanya serta dengan ikhlas mengasihi dan mengabdi Allah dan sesamanya. Oleh karena itu, keduanya layak di hadapan Allah untuk turut serta dalam karya keselamatan Allah.

Sikap iman Santa Anna dan Santo Yoakim mengajak kita untuk tidak hanya melihat atau mendengar secara lahiriah, tetapi untuk membuka hati kita sehingga sabda Tuhan dapat mengubah dan mengarahkan hidup kita. Ini adalah panggilan untuk menggali makna yang lebih dalam dari ajaran Kristus, dan untuk hidup dalam kesetiaan dan ketaatan kepada-Nya dalam segala hal.

Santa Anna dan Yoyakim, keduanya dapat menjadi cerminan sikap yang berbeda dalam menanggapi ajaran Tuhan Yesus. Santa Anna mungkin mewakili mereka yang hanya tertarik pada sisi luar atau keajaiban, tetapi tidak sungguh-sungguh memahami dan mengalami transformasi hati yang dijanjikan oleh Injil.

Sementara Yoyakim, orang tua Bunda Maria, bisa mencerminkan sikap yang menerima dengan hati terbuka, membiarkan ajaran tersebut meresapi hidup mereka dan membawa perubahan yang nyata.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku bisa melihat dengan cara positif atas sitausi negatif yang kadang saya hadapi?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here