Minggu, 10 Juli 2022
- Ul. 30:10-14.
- Mzm. 19:8,9,10,11;
- Kol. 1:15-20.
- Luk. 10:25-37.
BELAS kasih bukan hanya sebuah reaksi spontan atas apa yang terjadi pada diri sesama kita.
Belas kasih merupakan sebuah keputusan hidup untuk menjalani kehidupan yang diwarnai belarasa atas kehidupan bersama.
Banyak orang melihat kesulitan hidup sesamanya, namun mereka tidak merasa tergerak dan bertindak sesuatu pun bagi mereka.
Karena hati mereka tidak diwarnai oleh belas kasih Tuhan, sehingga dengan banyak dalih mereka menenangkan diri dari rasa yang mengusik hati mereka.
Orang lain tetap dianggap orang lain; bukan sesama yang boleh hadir dan hidup dalam kehidupan kita.
Ketika kita melakukan sesuatu pada orang lain, apalagi jika kita mengambil bagian dalam penderitaan mereka, saat itulah mereka menjadi sesama kita.
“Kami bisa dekat satu sama lain, meski kami bukan saudara kandung karena kami saling hadir dalam segala situasi yang tengah kami jalani,” kata seorang ibu.
“Awalnya anak kami yang saling berteman di sekolah,” lanjutnya.
“Hingga suatu hari karena kesibukan saya, kadang saya sulit mengatur waktu untuk menjemput anak saya. Merekalah yang mengantar pulang sekalian menjemput anaknya,” sambungnya.
“Semua mengalir dalam sikap saling meringankan beban kehidupan ini,” lanjutnya
“Bahkan kami saling berkunjung hingga lebih mengenal,”katanya.
“Semua menjadi lebih dekat ketika anak mereka sakit dan perlu transfusi darah, kami sekeluarga mendonorkan darah dan mencarikan kekurangannya,” kisahnya.
“Mereka bukan lagi orang lain, namun telah menjadi saudara, dan sahabat bagi kami sekeluarga,” tandasnya.
“Belas kasih kepada sesama merupakan sikap hidup yang membutuhkan latihan setiap hari; melalui keheningan, refleksi, perjumpaan dan saling berbagi secara pribadi, dengan memperhatikan, memberi dan menerima, dengan hanya melakukan sesuatu yang nyata bagi sesama,” tegasnya lagi
“Sikap belas kasih juga berarti menjadi belas kasih bagi diri kita sendiri,” ujarnya.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,
“Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?”
Jawab orang itu: “Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya.” Kata Yesus kepadanya: “Pergilah, dan perbuatlah demikian!”
Kisah Orang Samaria yang baik hati merupakan gambaran Injil yang sangat kita kenal.
Tindakan nyata orang Samaria telah menunjukkan tindakan belas kasih Tuhan sendiri kepada kita di jalan kehidupan ini.
Orang Samaria itu, menolong tanpa memberikan syarat dan membebaskan orang yang terpuruk itu dari penderitaannya.
Kita pun dipanggil untuk menjalankan tindakan belas kasih, untuk dapat menolong sesama yang telah kehilangan kepribadian dan martabat kemanusiaannya.
Belas kasih yang paling utama adalah tindakan Tuhan Yesus, yang wafat di salib demi menyelamtkan kita.
Bagaimana dengan diriku?
Siapakah saudaraku? Dan sejauh mana aku merasa tergerak atas penderitaan mereka?