Minggu, 20 Agustus 2023.
- Yes. 56:1,6-7.
- Mzm. 67:2-3,5,6,8.
- Rm. 11:13-15,29-32.
- Mat. 15:21-28
MENJADI orangtua merupakan tugas yang amat mulia.
Pasalnya, selain menjalani kehidupannya sendiri sebagai individu para orangtua juga harus memikirkan kehidupan anak-anaknya.
Setiap tutur kata orangtua selalu dipenuhi kata bijak untuk anak. Bagi anak, petuah bijak dari orangtua juga jadi salah satu pedoman hidup paling utama.
Orangtua dan anak mempunyai hubungan yang terikat erat satu sama lain.
Interaksi yang terjalin antara orangtua dan anak juga begitu intim dan sangat menyentuh.
Setiap tutur kata dan perbuatan orangtua dilakukan demi kebaikan sang anak.
Dalam perjalanan Kereta Api Klaten – Pemalang baru-baru ini, ada seorang anak kecil menangis sepanjang jalan.
Anak itu menempel digendongan ibunya sepanjang jalan, yang memakan waktu hampir lima jam.
Ibu itu kelihatan sangat lelah, namun terlihat sangat sabar pada anaknya.
Anak itu tidak mau digendong oleh orang lain bahkan bapaknya sendiri. Anak itu seakan hanya percaya ibunya, sandaran hidupnya.
Anak itu merasakan bahwa ibunya tahu dan mau tahu apa yang dia rasakan.
Bagi anak itu, ibunya adalah segalanya. Inilah mengapa hati ibu akan selalu berjanji tidak akan mengecewakan anaknya.
Ibu akan melakukan segalanya bagi kebaiakan dan keselamatan anaknya.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,
Kata perempuan itu: “Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya.”
Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: “Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki.”
Yesus ingin menguji sejauhmana iman Perempuan Kanaan itu pada-Nya.
Apakah ia sebagai bangsa kafir, benar-benar percaya pada kemahakuasaan dan kasih Yesus yang besar?
Terbukti perempuan Kanaan itu terus meminta pertolongan Tuhan.
Ia mengatakan bahwa anjing pun makan remah-remah yang jatuh dari meja.
Yesus heran dengan iman perempuan itu, yaitu iman yang melampaui rintangan-rintangan.
Di sini nampak bahwa perempuan itu rela melakukan apapun, demi kesembuhan anaknya. Di sini iman nampak sebagai perbuatan (doing).
Kisah ini memberi kesaksian, bahwa walaupun perempuan itu bangsa kafir, namun ia mau percaya pada Yesus sebagai sosok penyelamat, lalu merendahkan diri, menyembah-Nya, dan memohon belas kasih-Nya.
Ia percaya pada kuasa dan kasih Yesus yang tak terbatas.
Imannya yang kuat pada Yesus sebagai sang penolong membuat perempuan Kanaan itu rela menerobos tembok pemisah antara dirinya dan Yesus sebagai orang Yahudi.
Dan atas keberanian perempuan itu, Yesus akhirnya menyembuhkan anak perempuannya yang kerasukan setan dari kejauhan.
Iman yang besar dari perempuan itu membuat Yesus akhirnya menyatakan kuasa dan kasih-Nya, yang menembus ruang dan waktu, suku dan bangsa.
Perempuan Kanaan ini menjadi teladan iman. Kepercayaan perempuan itu tidak menjadi lemah waktu ia tidak menerima pertolongan secara langsung.
Meskipun ia menunggu lama dan menemukan banyak rintangan, ia terus berusaha untuk mendapatkan pertolongan bagi anaknya.
Tujuan perempuan itu adalah kebaikan anaknya. Dengan jalan itu, ia menjadi teladan dalam hal tanggung jawab atas anak-anak.
Walaupun ada tembok pemisah antara dirinya sebagai bangsa kafir dengan Yesus yang adalah orang Yahudi, ia menerobos hambatan itu demi anaknya.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku tetap setia berdoa ketika doa-doa seakan tidak pernah dijawab Tuhan?