Memaafkan, Meski Hati Terluka

0
878 views
Memaafkan. (Ist)

Senin, 8 November 2021

  • Keb.1:1-7.
  • Mzm. 139:1-3.4-6.7-8.9-10. Luk.17:1-6

KITA harus memberikan pengampunan setulus hati kepada orang lain yang melakukan kesalahan kepada kita.

Meski tidak mudah mengampuni seseorang yang telah mengecewakan dan menyakiti hati kita. 

Karena setiap manusia berpotensi melakukan kesalahan.

Kesalahan yang dilakukan orang lain dapat kita lakukan dalam bentuk yang sama, meski di waktu yang berbeda.

Untuk itulah sikap memaafkan sangat dibutuhkan dalam membangun tata kehidupan bersama.

Seorang ibu memandangi jenazah suaminya, dengan hati yang bergejolak antara pedih terluka, dan sedih kehilangan suami.

Suaminya meninggal dunia di rumah perempuan yang mengaku isteri mudanya.

“Romo, saya tidak menyangka bahwa ada kejadian seperti ini, rasanya saya tidak mampu menghadapinya,” kata ibu itu.

“Selama ini kami sangat bangga dengan bapak atas semua yang dilakukan dan perjuangkan bagi kami sekeluarga,” lanjutnya.

“Namun siapa sangka, bahwa dibalik semua kebaikannya bapak menyimpan rahasia yang seperti ini,” ujarnya.

“Saya dan anak-anak tidak tahu harus berbuat apa, hanya saja kami tidak akan bisa menolak bapak. Rumah ini dibangun atas keringat dan perjuangan bapak, maka ketika dia kembali ke rumah ini dalam keadaan apa pun, tidak ada yang berhak menolaknya,” ujarnya lagi.

“Meski sangat berat, saya dan anak-anak bukan hanya menerima tetapi mengampuni kesalahannya, semoga jalan bapak kembali kepada Tuhan mendapatkan terang dan kerahiman Tuhan,” katanya.

“Saya tidak mungkin melupakan semua kebaikannya sama seperti saya juga tidak mungkin begitu saja melupakan kesalahannya,” katanya lagi.

“Dia sudah membuat kami bahagia namun juga membuat kami menderita, malu dan sedih,” ujarnya.

“Saya memaafkan kesalahannya meski hati saya sangat terluka,” katanya.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar, demikian.

“Jagalah dirimu! Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah dia.

 Bahkan jikalau ia berbuat dosa terhadap engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali kepadamu dan berkata: Aku menyesal, engkau harus mengampuni dia.”

Mengampuni orang yang minta maaf kepada kita mungkin meski berat masih bisa kita lakukan.

Tetapi kepada orang yang telah membuat kita menderita namun pergi begitu saja, akan perlu waktu dan proses yang lama.

Rasa terluka itu tersimpan di relung hati dan meski kita mengatakan saya mamaafkan, namun di alam bawah sadar kita masih sering bergejolak luka dan tidak bisa menerima perlakuan yang pernah kita terima.

Meski memaafkan adalah keputusan pribadi. Namun menghadapi masalah yang tidak bisa kita selesaikan secara langsung kita sungguh perlu bantuan rahmat Tuhan supaya bisa memaafkan dengan tulus hati.

Memaafkan itu membebaskan diri kita dan orang yang telah bersalah kepada kita, meski mereka tidak bersama kita atau tidak pernah bisa kita jumpai lagi.

Bagimana dengan diriku?

Apakah aku bisa memaafkan orang yang telah menyakiti hatiku?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here