Home BERITA Memaknai Tradisi Puasa dalam Agama-agama

Memaknai Tradisi Puasa dalam Agama-agama

0
14 views
Pertemuan silahturahmi para penggiat lintas agama di wilayah Kabupaten Sleman. Masing-masing jelaskan makna puasa sesuai agama mereka masing-masing. Pertemuan ini digagas oleh Tim Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan Gereja Maria Marganingsih Kalasan (GMMK) (Panitia)

TIM Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan Gereja Maria Marganingsih Kalasan (GMMK) mengadakan pertemuan Kaum Muda Lintas Iman dengan tema “Puasa dalam Perspektif Agama-agama”. Kegiatan ini dilaksanakan di Wisma Yosoputro, Cupuwatu, Purwomartani, Kalasan, Kabupaten Sleman, DIY, Sabtu 15 Maret 2025. 

Acara ini dihadiri oleh kaum muda dari berbagai agama: Katolik, Kristen, Hindu, Buddhis, Islam, dan Konghucu, serta perwakilan Komunitas Srikandi Lintas Iman (SriLi).

Bernardus Purnama dari Tim HAK GMMK menyampaikan bahwa acara ini merupakan bagian dari program bidang Kemasyarakatan GMMK.

Ia menambahkan, “Perjumpaan kaum muda lintas agama menjadi sarana dialog pengetahuan dan pemahaman tentang tradisi puasa. Dengan upaya ini, diharapkan kaum muda dapat semakin memahami satu sama lain serta merawat toleransi.”

Para narsum jelaskan makna puasa dalam agama-agama. (Panitia)
Para peserta diskusi tentang makna puasa dalam agama-agama. (Panitia)

Rangkaian acara dan narasumber

Kegiatan dibuka dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan doa pembuka yang dipimpin oleh perwakilan kaum muda dari agama Hindu. 

Sebagai narasumber, hadir perwakilan dari berbagai agama: 

  1. Marsahid, pengurus dan pinandita Pura Widya Dharma Dero, Wedomartani, Ngemplak.
  2. Anditya Restu Aji, pengurus Vihara Dharmma Wijaya, Kuncen, Tegaltirto, Berbah.
  3. CB Ismulyadi dari Gereja Maria Marganingsih Paroki Kalasan.
  4. Wahyu Eko, anggota Tim LBH GPC Ansor Kabupaten Sleman.
  5. Eka Putra, pengurus Klenteng Kwan Tee Kiong, Poncowinatan.

Dalam diskusi, Marsahid menjelaskan bahwa Umat Hindu melakukan puasa menjelang Hari Raya Nyepi. Dengan empat pantangan, yaitu:

  • amati karya (tidak bekerja);
  • amati lelungan (tidak bepergian);
  • amati geni (tidak menyalakan api/lampu);
  • amati lelanguan (tidak bersenang-senang).
Suasana diskusi tentang makna puasa dalam agama-agama. (Panitia)
Memahami makna puasa dalam agama-agama. (Panitia)

Puasa ini bertujuan untuk introspeksi diri dan penyucian rohani.

Dari perspektif agama Buddha, Anditya Restu Aji menyampaikan bahwa Umat Buddhis menjalankan puasa pada tanggal 1, 8, 15, dan 23 dalam Kalender Lunar. Selain itu, menjelang Perayaan Waisak, umat Buddhis melaksanakan Uposatha, yaitu puasa selama satu bulan. Selama puasa, umat masih diperbolehkan minum air putih tanpa gula atau sari buah serta mengonsumsi obat jika sakit. 

Sementara itu, Wahyu Eko menjelaskan bahwa dalam Islam, puasa adalah ibadah yang dilakukan dengan menahan diri dari makan, minum, dan hal-hal yang membatalkannya, sejak terbit fajar hingga terbenam matahari.

Dalam Islam, puasa disebut shaum yang berasal dari bahasa Arab. Puasa merupakan Rukun Islam keempat dan bertujuan meningkatkan ketakwaan, menanamkan sikap teladan, serta membersihkan dosa-dosa yang telah diperbuat.

Karolina Ratna dari Komunitas Srikandi Lintas Iman (SriLi) menyambut baik kegiatan ini. Ia menuturkan, “Melalui perjumpaan seperti ini, kita dapat mengembangkan berbagai kegiatan lain, seperti saling mengunjungi dan mengadakan bakti sosial.”

Para tokoh lintas agama menjelaskan makna puasa sesuai ajaran mereka masing-masing. (Panitia)

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here