Fakta menunjukkan bahwa manusia telah menghadapi pencobaan. Kitab Kejadian menyajikan kisah Hawa dan Adam yang jatuh, karena godaan (Kejadian 3: 1-7). Sedangkan Injil menyajikan kisah Yesus yang berpuasa dan dicobai oleh penggoda (Matius 4: 1-11).
Hawa mendengarkan kata-kata ular (alat sang penggoda) dan karenanya mengambil keputusan salah. Adam mendengarkan Hawa. Akibatnya, mereka malu melihat dirinya sendiri yang telanjang (Kejadian 3: 7).
Berbeda dari Yesus. Dari awal Dia tidak memberi kesempatan kepada si penggoda. Dia dapat mencegah godaan itu masuk ke wilayah-Nya. Tanggapan Yesus terhadap godaan itu jelas dan tegas (Matius 4: 4.7.10).
Tiga pencobaan yang Yesus hadapi menguji identitas diri-Nya sebagai Putera terkasih yang berkenan kepada Bapa-Nya (Matius 3: 17). Dia tidak mau memerintahkan batu menjadi roti, karena manusia tidak hanya hidup dari roti saja, melainkan dari firman yang keluar dari mulut Allah (Matius 4: 3). Firman Allah itu menjadikan segalanya baik.
Demikian pula Yesus tidak menuruti permintaan kedua, karena orang tidak boleh mencobai Tuhan (Matius 4: 6). Godaan ketiga ditolak-Nya juga, sebab manusia hanya harus menyembah Tuhan saja (Matius 4: 10).
Yesus mematahkan pencobaan itu dengan menegaskan relasi-Nya dengan Allah, Bapa-Nya. Dia tidak terpancing ke luar, tetapi masuk ke dalam diri-Nya dan menegaskan relasi dengan Allah, Bapa-Nya.
Dalam menghadapi pencobaan, manusia perlu mengikuti teladan Yesus. Tidak membiarkan diri ditarik oleh barang di luar dirinya seperti buah dari pohon yang memberi pengertian itu. Manusia diajak untuk mengingat dan berpegang pada hakikat hidupnya yang berasal dari hembusan nafas Allah (Kejadian 2: 7).
Manusia diingatkan untuk taat kepada Tuhan. “Seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan orang semua orang menjadi orang benar.” (Roma 5: 19)
Sikap taat kepada Tuhan itulah senjata terkuat untuk mematahkan godaan setan.
Minggu Prapaskah I, 26 Februari 2023