KOMUNI adalah istilah yang berasal dari bahasa Latin: communio. Kemudian diadaptasi ke dalam bahasa Inggris; menjadi communion. Dalam bahasa Yunani sendiri komuni ialah koinonia yang berarti persekutuan atau persaudaraan; digunakan sedemikian rupa untuk hubungan antar umat Kristiani.
Kata “komuni” itu sendiri juga dapat diartikan sebagai hubungan antara orang-orang percaya dengan Kristus. Melalui Perjamuan Kudus – sebagai kebersamaan umat Kristiani untuk ikut ambil bagian dalam tubuh dan darah Kristus (1 Kor. 10:16) serta dalam Roh Kudus (2Kor. 13:13).
Karena begitu sakralnya makna komuni, tugas yang diberikan kepada saya tersebut kadang membuat saya tidak pantas. Terutama bila saya mawas diri dan melihat siapa saya ini sesungguhnya yang sangat jauh dari kekudusan. Akan tetapi, oleh karena Kristus sendiri datang untuk menyelamatkan orang-orang berdosa, Ia berkenan hadir di tengah-tengah orang berdosa (bdk. Lukas 5:31-32). Sehingga saya tidak pernah segan atau menolak menerima tugas tersebut. Itu karena tugas ini sama dengan membagikan rahmat.
Terhormat boleh bagikan komuni suci
Menolak tugas mulia ini mungkin sama dengan menolak Kristus sendiri. Maka dari itu, di malam spesial peringatan hari kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus, rahmat itu mengalir dari tangan imam, berlanjut pada pelayan-pelayannya hingga sampai pada semua orang yang hadir dalam perjamuan suci di dalam kesakralan tubuh dan darah-Nya yang hadir secara nyata di dalam Perayaan Ekaristi.
Jika kita perhatikan, saat imam mengkonsekrasikan Tubuh dan Darah Kristus, kita memandang, melihat ke arah-Nya, Tuhan Allah Maha Kuasa sudi datang dalam bentuk roti yang sederhana, dan anggur buatan manusia. Sehingga materi-materi itu sungguh-sungguh menjadi Tubuh dan Darah Kristus.
Ini merupakan tugas yang amat suci. Saya bersyukur boleh merasakan rahmat yang pernah dirasakan oleh para rasul yang sejak dahulu kala meneruskan tradisi suci Ekaristi. Untuk mengenangkan Kristus dalam waktu yang kekal, dan terus-menerus mengingatkan kita akan sejarah keselamatan Allah.
Umat Stasi Gereja Kapal Pacitan
Umat Katolik Stasi Gereja Kapal St. Fransiskus Xaverius Pacitan secara kuantitas memang berjumlah tidak banyak. Apalagi saat-saat liburan Natal. Karena rata-rata umat Gereja Kapal tersebut merupakan penduduk luar Pacitan. Entah karena studi, pekerjaan atau kepentingan lainnya. Meskipun demikian, saya merefleksikan gambaran persekutuan umat Allah yang kokoh di dalam kesediaan umat yang hadir.
Pelajaran pertama yang saya temukan di sini adalah bukan soal kuantitas umat. Tetapi kualitas umatnya yang sangat kokoh; terutama tergerak untuk merindukan kehadiran Kristus bersama teman-teman, keluarga, dan umat Allah yang disatukan dalam Ekaristi.
Ini tampak dari semangat kaum sepuh (kakek-nenek) yang di dalam usia senja pun masih mampu mau hadir dalam perayaan Vigili Malam Natal. (Berlanjut)
PS: Dokumentasi foto oleh Tim Komsos Gereja Kapal Pacitan: Theresia Sekar Winasri Pambajeng & Cyrillus Rizki Beni Krisnanto.
Baca juga: Makna Interior dan Eksterior Gereja Kapal Pacitan (4)