PERUMPAMAAN tentang talenta (Matius 25:14-30) selalu menarik untuk direnungkan. Pesannya amat relevan, terutama bagi orang Kristen yang telah Tuhan pilih untuk memperoleh keselamatan.
Banyak yang menafsirkan bahwa talenta itu adalah bakat yang Tuhan berikan kepada setiap orang. Mereka yang telah menerima bertanggungjawab untuk mengembangkan atau menggandakannya.
Bagaimana membaca perumpamaan itu untuk hidup kita?
Pertama, talenta itu bisa berarti hidup Kristen yang Tuhan percayakan kepada kita.
Kedua, mengembangkan talenta berarti sikap aktif untuk membagikannya kepada sesama dan mempersembahkannya kepada Tuhan.
Bakat dan anugerah Tuhan, apa pun bentuknya, tidak dimaksudkan untuk disembunyikan bagi diri sendiri. Setiap pemberian itu bersifat sosial dan untuk kepentingan bersama. Demikian pula hidup Kristen.
Hamba yang menerima satu talenta dihukum, karena menyembunyikan talenta tuannya (Matius 25:25). Tuannya mengatakan dia sebagai hamba yang malas (Matius 25:26), karena tidak membagikan pemberian Tuhan itu kepada sesama.
Kepada orang yang mau berbagi, Tuhan memberikan berlimpah-limpah (Matius 25:28). Sedang dari mereka yang malas dan menyimpan pemberian Tuhan, diambil semua yang ada padanya (Matius 25:29).
Bukankah dengan memberi orang makin diperkaya dan berkelimpahan?
Tuhan tidak mengecam orang miskin atau yang mempunyai sedikit, tetapi marah kepada orang malas. Kemalasan itu tidak bermanfaat dan mendatangkan kerugian bagi diri sendiri dan sesama.
Orang Kristen diberkati Tuhan bukan untuk dirinya sendiri. Mereka menjadi bagian dari Kerajaan Surga bukan untuk menyimpannya dan bermalas-malasan.
Sebaliknya, mereka dipilih dan diberi supaya membagikan rahmat keselamatan.
Sabtu, 2 September 2023