Selasa 16 Juli 2024
SEBAGAI makhluk sosial, manusia tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri dan membutuhkan bantuan orang lain.
Menolong atau membantu sesama harus dilakukan dengan ketulusan. Tidak berharap mendapat imbalan apa pun dari orang yang kita tolong. Namun, sebagai manusia yang memiliki sopan santun serta tahu diri, kita bisa membalas kebaikan yang orang lain berikan kepada kita.
Dalam kehidupan sehari-hari, terkadang kita menemui situasi di mana kebaikan yang telah kita berikan kepada orang lain sepertinya tenggelam dalam lupa. Orang yang lupa akan kebaikan yang pernah kita berikan bisa menjadi pemandangan yang tidak menyenangkan.
“Saat saya sedang ada dalam kelimpahan berkat, tidak sedikit orang yang saya bantu,” kata seorang bapak.
“Dari memberi pinjaman modal usaha hingga kebutuhan membayar biaya kuliah anak. Ada yang sungguh aku tolong dengan cuma-cuma tanpa mengharap kembali bantuan itu. Namun ketika saya sedang terpuruk dalam kesulitan, tidak sedikit sahabat yang dulunya begitu dekat lalu menghindar. Bahkan orang yang dulu saya bantu pun ada yang bertindak seperti itu.
Menjadi orang miskin itu susah, sering kali disepelekan bahkan diremehkan oleh sesama kita; bahkan oleh orang yang pernah kita bantu. Ada banyak orang yang tidak bisa hidup saling membantu. Yang ada senang, jika menerima bantuan. Juga menghindar, manakala tangannya harus terulur memberi pertolongan pada sesama,” syering bapak itu.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Celakalah engkau Betsaida. Karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung. Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan dari pada tanggunganmu.”
Tuhan Yesus mengajak kita untuk merenungkan sikap hati kita terhadap kasih dan kebaikan Tuhan yang telah kita terima. Apakah kita merespons dengan tunduk dan bersedia bertobat ketika Allah memanggil? Ataukah kita cenderung tegar dan keras kepala, memilih untuk hidup dalam dosa dan ketidaktaatan?
Pertobatan adalah panggilan untuk setiap orang yang mengenal Allah, dan kita dipanggil untuk merespons dengan hati yang rendah hati dan taat kepada kehendak-Nya.
Kecaman Tuhan Yesus terhadap mereka yang tidak mau bertobat menjadi peringatan juga bagi kita sebagai pengikut Kristus. Kita pun telah banyak menerima kelimpahan berkat dari Tuhan, tetapi sering tidak bersyukur atas berkat-berkat itu. Kita kurang bersyukur dalam menerima pemberian Tuhan dan kurang memakainya untuk melayani Tuhan dan sesama.
Sering kali kita masih merasa kurang, sebab apa yang kita miliki sekarang tidak seperti yang kita inginkan. Kita juga sering membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain yang terlihat lebih beruntung dari kita. Karena iri hati, sering kali kita memandang bahwa orang lain menerima lebih banyak berkat ketimbang kita.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku selalu membalas kebaikan yang aku terima dengan tindakan yang baik dan benar?