PARA sahabat terkasih,
Pagi ini, saya tergerak ingin membagikan hasil permenungan saya berlandaskan pada Mt.12:46-50.
Kehidupan bersama yang dibangun berdasarkan hubungan darah sangat bermakna, Pasti kita semua mengakuinya, karena kita semua mengalaminya.
Hal serupa pasti dialami juga oleh Yesus Sang Guru kita.
Saya yakin itu karena kita bisa menemukannya dalam Kitab Suci. Misalnya dalam Lk. 2: 5: “ dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka. …”
Namun waktu saya merenungkan Mt.12: 46-50 saya lalu berpikir bahwa Yesus Sang Guru telah membuka mata hati saya bahwa di samping kehidupan bersama yang dibangun atas dasar hubungan darah itu sangat bermakna.
Namun, lebih dari itu karena kehidupan bersama yang dibangun atas dasar-dasar iman yang sama, semangat yang sama, spiritualitas yang sama, cita-cita yang sama dapat menjadi sangat bermakna juga.
Hal itu saya alami entah lewat komunitas Marriage Encounter, entah itu lewat komunitas Sesawi, entah itu lewat komunitas ‘Komunitas Sahabat Yesus’, entah itu lewat komunitas lingkungan, dan sebagainya.
Bagaimana kita dapat semakin meningkatkan komunitas-komunitas tersebut untuk ikut serta menciptakan ‘dunia baru’ yang semakin manusiawi, yang semakin ‘memuji, menghormati serta mengabdi Allah Tuhan kita’ (LR 23)?
Saya pikir itulah pekerjaan rumah kita untuk seumur hidup kita.
Ad maiorem Dei Gloriam.
Photo credit: Palupi menikah di Petanahan, Purworejo, tahun 2008 (Mathias Hariyadi)
Tautan:
- Setelah Istri Meninggal, Saya Mengelola Stroke (1)
- Seni Rohani Mengelola Stroke (2)
- Stroke, Sumber Rahmat akan Penyelenggaraan Ilahi? (3)
- Minggu Kelabu Kena Stroke, Pijakan untuk Refleksi Iman (4)
- Stroke Menegur Saya: Mensyukuri “Rahmat” Bernama Sakit (5)