Home AGENDA PERISTIWA Membawa Keadilan dan Perdamaian ke Tanah Papua

Membawa Keadilan dan Perdamaian ke Tanah Papua

0
Membawa Keadilan dan Perdamaian ke Tanah Papua.

PAPUA belum juga menjadi tanah yang aman dan damai bagi Orang Asli Papua. Memiliki 254 suku bangsa asli dengan lebih kurang 250 bahasa lokal, Orang Papua memaknai tanah sebagai ibu atau mama yang melahirkan, memelihara, membesarkan.

Rambut keriting

Dahulu disebut Irian. Kata Prof. Koentjaraningrat artinya tanahair. Dari beberapa arti lainnya, Papua berasal dari kata Papuwah, artinya rambut keriting. Selain kaya akan budaya, tanah Papua juga kaya sumber daya alam, akan tetapi seperti halnya Aceh atau Kalimantan Timur, kekayaan itu tidak membuat Orang Papua hidup sejahtera. Bahkan tak berhenti didera kekerasan dan konflik bersenjata, pelanggaran HAM serta eksploitasi sumber daya alam yang merusak tanah, lingkungan hidupnya.

Banyak pihak menaruh perhatian pada Papua, politisi, akademisi, pengusaha, pemerintah maupun kalangan internasional. Para akademisi melakukan penelitian, berdiskusi dan menuliskannya ke dalam jurnal atau buku berisi potret kondisi sosial, budaya, politik.

Mereka berupaya memberikan masukan maupun rekomendasi agar keadilan dan perdamaian hadir di Papua. Buku bertajuk Membawa Keadilan & Perdamaian ke Tanah Papua memuat 21 tulisan; terdiri dari 4 bagian. Sejarah dan Status Politik, Marginalisasi dan Diskriminasi, Tantangan Pembangunan, dan Hak Asasi Manusia.

Tulisan-tulisan itu disunting oleh Pius Suratman Kartasasmita, mantan Rektor Unika Parahyangan dan Ferry Sutrisna Wijaya, pendiri Ecocamp. Diterbitkan oleh Unpar Press tahun 2024.

Bagaimana deretan persoalan dibahas dan dicarikan jalan keluarnya? Mengapa keadilan dan perdamaian belum juga hadir di tanah Papua? Bagaimana Orang Papua membaca buku ini?

Apa pentingnya buku ini bagi pembuat kebijakan? Adakah kaitan buku ini dengan pemilu 2024?

Simak #LiveTalkshow #MerawatKebhinekaan #KatolikanaTV dipandu oleh Lukas Ispandriarno.

Narasumber

  • Ferry Sutrisna Wijaya, pendiri Eco Camp dan editor buku.
  • Elisabeth Vince Tebay, dosen Universitas Cenderawasih.
  • Alexandro Rangga OFM, Direktur SKPKC Fransiskan Papua.

Kamis, 1 Februari 2024 | Pukul 20.00 WIB

LIVE ON

  • radio.katolikana.com
  • bit.ly/AppsKatolikana
  • youtube.com/katolikana

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version