“Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.” (2Kor 9,7)
DALAM koran hari ini, saya membaca beberapa berita tentang pemberian sedekah, yang dilakukan oleh perusahaan, pemerintah maupun kelompok masyarakat. Pemberian sedekah tersebut diwujudkan dalam bentuk bingkisan atau paket sembako, yang dibagikan kepada masyarakat tidak mampu. Paket tersebut berisi beras, minyak goreng, sarimi dan bahan makanan lain. Pembagian paket sembako tersebut diberikan oleh pimpinan perusahaan, pimpinan pemerintahan atau pimpinan komunitas kepada masyarakat yang tidak mampu.
Pemberian sedekah ini menimbulkan rasa gembira dan suka cita bagi banyak orang yang mendapatkannya. Paket sembako menjadi bantuan berharga, yang dapat meringankan beban kebutuhan hidup mereka. Pemberian sedekah juga mendatangkan suka cita bagi pemberinya. Mereka bisa terlibat dalam keprihatinan banyak orang yang tidak mampu; mereka bisa ikut meringankan beban hidup orang lain. Terlepas dari barang yang diberikan atau jumlahnya, kesediaan untuk memberi atau berbagi kepada orang lain merupakan peristiwa yang mendatangkan suka cita dan kegembiraan; apalagi kalau pemberian itu dilakukan dengan tulus dan ikhlas, tanpa pamrih.
Kenyataan sering menunjukkan bahwa ada orang, lembaga atau institusi yang memberikan sedekah dengan pamrih atau kepentingan tertentu, seperti: agar mendapat pujian, agar dikenal kebaikannya, agar diberitakan dalam media cetak atau media lain, agar organisasi atau kelompoknya dikenal dan diterima masyarakat serta kepentingan lainnya. Ada juga pemberian yang dilakukan dengan terpaksa: karena terus menerus didatangi atau ditilpun, untuk mencari aman dan menghindari kekerasan yang mungkin terjadi, karena diketok-ketok kaca mobilnya. Ada juga orang yang memberikan sesuatu dengan rasa owel dan tidak rela; mereka biasanya memberikan sesuatu yang sisa, jelek dan tidak digunakan lagi. Sayang kalau memberikan sesuatu yang masih disukai dan dipakai.
Sang Guru mengajak para murid agar bersedia memberikan sesuatu atau berbagi dengan suka rela, tidak keberatan dan tidak terpaksa. Kesediaan untuk berbagi itu berdasar keyakinan bahwa Allah telah lebih dahulu mengasihi kita dan memberikan banyak hal kepada kita. Allah sanggup melimpahkan karunia-Nya, agar kita berkecukupan dalam segala sesuatu dan berkelebihan dalam kebajikan.
Apa yang aku rasakan dan alami, saat aku memberikan sesuatu kepada orang lain? Berkah Dalem.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)