Memberi dengan Tulus Hati

0
0 views
Berilah kepada orang yang meminta kepadamu, by Vatican News

Senin, 25 Navember 2024

Why 14:1-3.4b-5.
Mzm 24:1-2.3-4ab.5-6.
Luk 21:1-4.

KITA hidup di zaman di mana kemewahan sering kali menjadi standar yang tak terlihat namun begitu nyata.

Media sosial, iklan, dan gaya hidup modern mengajarkan bahwa keberhasilan diukur dari seberapa besar kita memiliki, bukan dari seberapa besar kita memberi.

Tanpa kita sadari, budaya ini membentuk pola pikir yang menempatkan kepuasan diri di atas segalanya.

Egoisme tumbuh dalam keinginan untuk selalu memiliki lebih, sementara empati terhadap sesama perlahan terkikis.

Di tengah budaya ini, ada panggilan yang lebih tinggi: panggilan untuk belajar memberi. Memberi bukan hanya soal materi; itu soal hati. Tetapi bagaimana kita bisa belajar memberi jika hati kita telah terbiasa hanya menerima?

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu.

Lalu Ia berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu.”

Pemberian janda miskin ini mengingatkan kita bahwa nilai pemberian tidak diukur dari jumlahnya, tetapi dari hati yang melakukannya.

Kita sering terjebak dalam pola pikir bahwa kita baru bisa memberi jika kita memiliki banyak. Namun, Tuhan tidak melihat jumlah, melainkan pengorbanan dan ketulusan di baliknya.

Dalam dunia yang cenderung menghargai materi dan kemewahan, kisah janda miskin ini adalah panggilan bagi kita untuk memeriksa hati kita.

Memberi dari kekurangan adalah tindakan iman yang sejati. Itu menunjukkan bahwa kita mempercayai Tuhan sebagai sumber segala sesuatu, bahwa kita memahami hidup ini bukan tentang berapa banyak yang bisa kita kumpulkan, tetapi tentang bagaimana kita dapat menjadi berkat bagi orang lain.

Pemberian janda miskin ini, mengingatkan kita bahwa pemberian, sekecil apa pun, memiliki arti besar jika dilakukan dengan hati yang penuh kasih.

Dunia mungkin tidak melihat atau menghargai, tetapi Tuhan yang melihat hati akan selalu menghitungnya sebagai yang terbesar.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku rela memberikan apa yang penting dari diriku untuk kebahagiaan sesama?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here