SEORANG bijaksana mengatakan bahwa menerima adalah berkat, tetapi memberi adalah anugerah.
Ada seorang kaya yang terkenal dermawan. Ia menyisihkan sebagian kekayaannya untuk membantu orang-orang miskin. Usaha-usahanya berjalan dengan baik, sehingga ia bisa membantu orang-orang yang berkekurangan. Ia memiliki prinsip hidup yang indah, yaitu semakin banyak memberi, semakin banyak pula mendapatkan.
Karena itu, ia selalu merasa tidak punya kekurangan apa-apa dalam hidupnya. hidupnya berkecukupan. Bahkan menurut kata orang, kekayaannya bisa digunakan untuk tujuh turunan.
Ia berkata, “Alangkah indahnya bila kita bisa memberi bukan hanya sekedar kewajiban, melainkan kebiasaan. Sebenarnya memberi itu tidak perlu melihat jumlah dan berapa uang yang kita berikan. Berilah dengan tulus dan kasih, maka Tuhan melihat perbuatan baik Anda.”
Pengusaha kaya ini mengaku, dengan tulus memberi, ia memperoleh banyak pula dari hasil-hasil usahanya. Banyak orang mencintainya bukan pertama-tama karena mereka mendapatkan bantuan. Tetapi lebih-lebih berkat kasih dan kebaikan yang ia tunjukkan kepada semua yang datang kepadanya.
Tidak usah kuatir
Banyak orang tidak berani memberi. Mereka lebih suka mendapatkan pemberian dari orang lain. Mereka merasa bahwa dengan memberi, mereka akan kehilangan banyak hal dalam hidup mereka. Karena itu, mereka berusaha untuk menyelamatkan apa yang mereka miliki.
Kisah di atas memberi kita motivasi untuk berani memberi apa yang kita miliki bagi orang lain yang membutuhkan. Pengusaha itu memberi bukan karena dia memiliki banyak harta. Namun dia memberikan dirinya sendiri bagi kebahagiaan orang lain. Hasilnya, dia menerima banyak hal bagi kebutuhan hidupnya.
Orang beriman tidak perlu kuatir dan takut untuk memberi apa yang dimilikinya bagi orang lain. Justru ketika dengan tulus kita menyisihkan rezeki untuk memberi, Tuhan akan membuka pintu rezeki yang lebih besar lagi. Bukan berapa banyak yang telah kita dapatkan, tetapi berapa banyak yang telah kita berikan bagi orang ain.
Kita memberi bukan berarti kita mengurangi miliki kita. Mengapa? Karena ketika orang memberi dengan tulus hati, orang tidak pernah akan rugi. Yang kita berikan adalah diri kita sendiri yang meski masih berkekurangan, namun senantiasa diperhatikan oleh Sang Pencipta.
Mari kita membangun semangat memberi, agar banyak orang mengalami sukacita dan bahagia dalam hidup mereka. Tuhan memberkati.