Membuang Hal-hal yang Menggangu Kehidupan

0
132 views
Lepas bebas by Sam the Ant

SEORANG bijaksana berkata, “Jangan menipu diri sendiri dan berpikir bahwa kita bisa luput dari konsekuensi dosa.”

Ada seorang bapak ingin menjual rumahnya dengan harga murah. Dalam perjanjian jual beli, ia mengecualikan sebuah paku yang ada di pintu ruang makan. Paku itu merupakan paku kesayangannya.

Ia harus dibebaskan untuk mengunjungi paku kesayangannya itu setiap saat dan paku itu masih menjadi miliknya. Melihat hanya sebuah paku, si pembeli menerima persyaratan yang diajukan oleh bapak itu.

Hari berikutnya, ketika sang pemilik rumah sedang makan siang, pemilik lama datang untuk melihat paku kesayangannya.

Sang pemilik rumah terpaksa mengajaknya makan. Keesokan harinya, bapak itu datang lagi, ketika semua sedang menikmati makan malam. Sang pemilik rumah kembali menawarinya makan malam.

Hari berikutnya, pemilik lama itu menggantungkan tasnya yang sangat berat di paku tersebut. Pemilik rumah keberatan, karena takut beban di paku itu merusak pintu.

Namun, apa daya, perjanjian harus dipegang. Hari demi hari, paku itu menjadi ganjalan untuk pemilik rumah tersebut.

Lepaskan ikatan-ikatan

Setiap orang memiliki hal-hal yang mengikat dirinya. Orang kemudian sulit sekali melepaskan hal-hal itu.

Mengapa? Karena orang terlanjur mencintainya. Padahal belum tentu hal-hal yang mengikat dirinya itu sungguh-sungguh berguna bagi perjalanan hidupnya.

Kisah di atas memberi kita inspirasi untuk senantiasa memperhatikan hal-hal yang mengikat hidup kita.

Kita mesti instrospeksi diri apakah hal-hal yang mengikat kita itu mampu membawa kebahagiaan bagi hidup kita atau tidak. Kalau hal-hal itu tidak membawa kebahagiaan dalam hidup, semestinya kita lepaskan.

Kita tidak perlu memelihara hal-hal yang justru mengganggu dan bahkan menghancurkan diri kita. Justru kita mesti berani menggantinya dengan hal-hal yang berguna bagi kemajuan hidup kita.

Hal-hal yang mengganggu hidup kita mesti rela kita lenyapkan, agar hidup kita mengalami damai dan bahagia.

Mari kita membuang kebiasaan-kebiasaan buruk dari diri kita. Dengan demikian, hidup ini menjadi kesempatan untuk membahagiakan diri dan sesama. Tetap semangat, sahabat-sahabat.

Tuhan memberkati.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here