PARA sahabat muda yang terkasih.
Kita telah membahas latar belakang teks Luk 5:4. Konteks ke-Yahudi-an yang kental dengan penekanan pada aspek iman yang dikontraskan dengan rasionalitas dan niat baik yang lawannya adalah egosentris.
Marilah sekarang kita melihat bagaimana tema “Duc in Altum” itu diterjemahkan ke dalam konteks sejarah karya misi Kongregasi Suster St. Augustinus dari Kerahiman Allah (OSA) di Keuskupan Ketapang, Kalbar.
Ada baiknya kita terlebih membedah pertanyaan fundamental tentang apa sesungguhnya dasar kegiatan Gereja melakukan misi?
Mari kita simak perikop Injil tentang peristiwa Kenaikan Tuhan Yesus atau Yesus terangkat ke surga.
Dalam kalendarium Gereja, peristiwa itu ditetapkan sebagai Hari Raya tepat 40 hari setelah Pesta Kebangkitan Tuhan atau Paskah.
Apa yang terjadi di peristiwa itu?
Injil Matius 28:16-20 mencatat bahwa ke-11murid pergi ke Galilea dan menjumpai Yesus di sebuah bukit. Waktu melihat Dia, mereka bersujud menyembah, meskipun ada yang ragu-ragu.
Yesus mendekati mereka dan berpesan:
“Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di surga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”
Perintah Yesus inilah yang menjadi dasar dari karya misi Gereja.
Akar kata “misi”
‘Misi’ berasal dari kata bahasa Latin ‘mittere’ yang berarti ‘mengutus’.
Jadi dalam konteks Injil, Yesus mengutus para murid agar mewartakan Kabar Baik kepada segala bangsa, menjangkau semua orang, membaptis orang-orang dalam nama Tri Tunggal Maha Kudus.
Orang lalu bertanya:
- Mengapa misionaris Eropa atau dari tempat lainnya –yakni para pastor, suster, bruder itu—bisa dengan sangat semangat bersedia meninggalkan negara asalnya yang sudah maju dan kaya lalu datang ke tempat daerah kita yang disebut ‘tanah misi’?
- Apa yang terjadi sebagai gejolak hati mereka sehingga mau bersusah-susah hidup di tempat yang sulit, fasilitas serba terbatas secara ekonomi, transportasi sulit, tinggal di daerah tropis dengan aneka penyakit tropis mematikan, jaringan komunikasi terbatas, dan berbagai macam keterbatasan lainya?
Jawaban ada di sini.
Para misionaris asing itu akan menunjukkan tentang apa yang telah “membakar” jiwa mereka sehingga muncul semangat besar untuk bersedia menjumpai orang-orang kecil seperti kita ini. Dan itu adalah jiwa spiritualitas yang sebagai kekuatan sudah kami dijelaskan melalui perikop Injil Mat 28:18-20 di atas.
Hiburan para misionaris ini tentu terletak pada janji Yesus sendiri sebagaimana diungkapkan dalam perikop Injil Mrk 10:28-31 (bdk. Mat 19:27-30 dan Luk 18:28-30) tentang upah mengikuti Yesus. (Bersambung)