Membumikan “Katresnan Dalem Tanpa Winates” di Paroki Wonosobo

2
1,740 views
Ilustrasi: Gatotkaca by Lina Gunawan.

BERKAH Dalem,

Sejak Jumat, 18 Maret 2016 saya sudah berada di Paroki St. Paulus Wonosobo. Saya menyanggupi permintaan Rm. Phillips MSC untuk menemani umat Stasi Giyanti dan Buntu untuk rekoleksi Prapaska.

Ini merupakan pengalaman pertama saya ke stasi-stasi itu. Pada hari Jumat 18 Maret, saya menemani umat Stasi Giyanti. Ada sekitar 75 orang hadir di kapel. Acara dimulai pukul 16.00 dengan jalan salib, ekaristi, makan bersama, dan rekoleksi.

Hujan tak menghalangi semangat umat untuk datang. Pada hari Sabtu, 19 Maret, di Stasi Buntu, umat berjumlah 100-an berdatangan ke kapel. Acara rekoleksi dimulai pukul 16.00 dan ditutup dengan ekaristi lalu makan bersama. Rekoleksi disampaikan dengan bahasa Jawa.

Umat diajak untuk merenungkan cinta Allah yang tiada batas. Katresnan Dalem tanpa winates… Dari pengalaman dicintai Allah ini, umat disadarkan untuk mewartakan cinta Allah tersebut. Tembang-tembang seperti Pangkur dan Dhandhanggula dikidungkan untuk menjelaskan Sabda Bahagia dan 10 Angger Dalem. Juga ditampilkan video-video yang menjelaskan tema.

Aja wedi kangelan

Sebagai tantangan bagi umat, mereka diajak untuk merenungkan kata-kata Ratu Ndarawati (umat sangat senang dengan wayang kulit) kepada Gatotkaca saat berangkat mengemban tugas: “Ngger Gatotkaca, mangkata, aja wedi kangelan!”

 Kata-kata “aja wedi kangelan” ini rupanya tidak asing di telinga umat saat menonton wayang. Pada saat rekoleksi ini, kesadaran umat untuk “aja wedi kangelan” dimunculkan dan makin diresapkan.

Sebagai contoh, ketika anak muda diminta untuk menjadi lektor, spontan dia ogah-ogahan, maka kata “aja wedi kangelan” menjadi pengingat untuk mau terlibat. Umat juga diberi contoh tokoh-tokoh masyarakat yang “ora wedi kangelan” demi kebaikan bersama misalnya: Ahok, Ignasius Jonan, dan Yesus sendiri.

Karena sadar akan Katresnan tanpa winates, umat pun hendaknya siap diutus. Umat sangat hafal dengan baris pertama huruf Jawa: Ha na ca ra ka. Ha artinya hurip, urip; na artinya nafas; dan caraka artinya utusan. Maka, selagi orang itu masih hidup dan punya nafas, dia harus mau menjadi utusan.

Sebagai tambahan informasi, Paroki Wonosobo sangat aktif berdinamika terutama dalam menyambut Paska. Ini ditengarai dengan adanya acara-acara rekoleksi yang mengundang para Romo dari luar Paroki Wonosobo seperti Romo Bagus Laksana SJ (dosen FTW), Kriswanto Pr (ahli hukum KAS). Ada pula 10 orang frater praja Keuskupan Makasar yang asistensi di stasi-stasi.

Mekaten reportase dari Pastoran Wonosobo sembari menikmati salad buah… Rahayu lan sugeng cecawis riyadi Paskah…

handi setyanto

ego sum, pax vobis, nolite timere

Kredit foto: Ilustrasi (Lina Gunawan)

 

__._,_.___

2 COMMENTS

  1. Romo Agustinus Handi Setyanto Pr,
    Unik dan Bagus banget itu, kreatif menggunakan budaya lokal sebagai sarana. di unggah dong videonya, apalagi kalau menggunakan bahasa indonesia.
    Dan juga sinopsis kisahnya kemudian “disandingkan” dengan bacaaan kitab suci, jooos tenanse
    sesawi : ….. Paroki Wonosobo sangat aktif berdinamika …..
    ditunggu beritanya, ya
    terima kasih

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here