Memburu Ambisi

0
202 views
Ilustrasi - Depresi berat karena terlalu bernafsu memberi ambisi. (Ist)

Renungan Harian
Rabu, 18 Agustus 2021

Bacaan I: Hak. 9: 6-15
Injil: Mat. 20: 1-16a
 
“ROMO, mohon doa, agar saya kuat menghadapi situasi keluarga kami. Romo, keluarga kami sekarang ini sedang terpuruk baik dari sisi ekonomi maupun sisi apa pun.

Sekarang ini kehidupan ekonomi keluarga kami ditopang oleh orangtua. Saya mencari pekerjaan sudah  berbulan-bulan belum juga mendapatkan pekerjaan. Sementara suami sekarang baru dalam keadaan depresi yang berat.
 
Romo, suami saya adalah orang yang punya ambisi luar biasa untuk menjadi orang sukses dan hebat. Sejak masih kuliah, ia selalu berjuang menjadi yang terbaik.

Ia aktif dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan dan selalu berjuang untuk menjadi yang pertama dan yang terbaik. Memang karena usahanya ini sering kali dia bergesekan dengan teman lain.

Ketika saya mulai pacaran dengan dia, saya selalu mengingatkan agar dirinya bisa mengendalikan ambisinya.
 
Setelah lulus dia langsung diterima di sebuah perusahaan swasta yang baik. Di perusahaan ini dia cepat sekali mendapatkan promosi jabatan, memang karena dia punya kualitas dan ambisi.

Namun ia tidak pernah bertahan lama di sebuah perusahaan. Paling lama tiga tahun. Setiap kali ada tawaran yang lebih baik, dia selalu pindah.

Alasannya dia ingin menjadi orang sukses dan menjadi orang hebat. Bahkan terjadi dia hanya beberapa bulan di sebuah perusahaan, hanya karena menuruti ambisinya.
 
Terakhir ia bekerja di sebuah perusahaan yang besar dan terkenal, punya jabatan yang baik sebagaimana yang dia impikan dan dia juga bangga dengan apa yang diraih saat itu.

Baru setahun, dia ditawari untuk membuka sebuah perusahaan. Saya sudah mengatakan kepadanya agar dia tidak lagi pindah, karena menurut saya apa yang sekarang dicapainya sudah lebih dari cukup.

Dia sudah mencapai hal yang luar biasa. Tetapi dia tidak mau mendengarkan. Ia mengatakan bahwa ini kesempatan baginya untuk mempunyai perusahaan sendiri meskipun bekerjasama dengan orang lain.

Ia begitu yakin perusahaan yang akan dibangun ini akan menjadi perusahaan besar dan dengan demikian menempatkan dirinya menjadi orang yang hebat.
 
Romo, dia keluar dari perusahaan itu dan memulai usaha untuk membangun perusahaan. Kami menguras tabungan untuk investasi ini, bahkan rumah kami pun kami jaminkan untuk pinjaman bank.

Namun apa yang terjadi, dia ditipu oleh orang yang mengajak kerjasama.

Semua uang kami dan harta kami habis, perusahaan yang hendak dibangun tidak ada.

Karena tidak tahan menghadapi situasi ini, suami saya menjadi depresi berat,” seorang ibu menjelaskan kenapa minta berkat.
 
Ada ungkapan dalam bahasa Jawa “mburu uceng kelangan deleg”.

Uceng adalah ikan kecil. Sedang deleg adalah ikan yang besar. Artinya orang mengejar dan memburu hal yang sebenarnya tidak ada artinya, tetapi justru kehilangan hal yang besar maknanya.

Banyak orang yang berebut dan bernafsu untuk memenuhi ambisinya dan berujung kehilangan hal yang berarti dalam hidupnya.

Orang lupa akan tujuan hidup dan juga lupa untuk apa semua barang disediakan bagi dirinya.
 
Sebagaimana kiasan dalam sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Kitab Hakim-hakim, karena ambisi untuk mendapatkan raja dengan meninggalkan Raja Agung, Allah yang Esa dengan segala kenyamanannya dan memilih rela harus hidup dalam penderitaan.
 
Bagaimana dengan aku?

Adakah aku mampu mengelola ambisiku?
 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here