Memelihara Api Iman

0
187 views
Nyala lilin, tanda iman terus menyala

PERUMPAMAAN tentang sepuluh gadis (Matius 25:1-13) berbicara tentang akhir zaman yang terkait erat dengan masa kini. Pesta bersama sang pengantin pria (Matius 23:10) terbuka untuk semua orang, terutama yang selalu siap sedia masuk ke dalam perjamuan itu.

Namun, tidak seorang pun mengetahui kapan sang pengantin pria datang. Ini menegaskan misteri akhir zaman. Cara terbaik untuk mengantisipasinya ialah berjaga setiap saat (Matius 23:13).

Bagi banyak orang, berjaga itu tidak mudah. Banyak yang menjadi lelah dan jatuh tertidur (Matius 23:5). Tidur berarti kehilangan kesadaran atau tidak waspada; kehilangan kesempatan.

Pada saat seperti itulah kejutan datang (Matius 23:6). Tuhan itu memang suka dengan kejutan. Mereka yang ingin memperoleh manfaat dari kejutan itu tidak boleh lengah.

Santo Paulus memberikan nasihat yang baik dan konkret berkenaan dengan berjaga-jaga itu. Intinya, orang mesti hidup sedemikian rupa supaya berkenan kepada Allah (1 Tesalonika 4:1).

Apakah yang dikehendaki Allah?

“Inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan. Hendaknya kamu masing-masing mengambil seorang perempuan menjadi isterimu sendiri dan hidup di dalam pengudusan dan penghormatan.” (1 Tesalonika 4:3-4).

Bukankah panggilan menjadi kudus itu inti dari undangan Kristus?

Sang rasul bangsa-bangsa itu juga menasihati agar orang tidak hidup dalam hawa nafsu (1 Tesalonika 4:5).

Bukankah hawa nafsu kerap membuat orang lupa diri?

Bukankah hawa nafsu membuat orang kehilangan martabatnya sebagai manusia?

Orang yang ingin masuk ke dalam pesta nikah Sang Mempelai Pria dituntut untuk selalu berjaga.

Pada saat ini, hidup sesuai dengan ajaran-Nya, yakni menjaga dan memelihara api imannya agar tetap menyala.

Jumat, 1 September 2023

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here