Memelihara Firman dan Berbahagia bersama Bunda Maria

0
1,824 views

[media-credit name=”google.com” align=”alignleft” width=”300″][/media-credit]APA yang membuat orang beriman berbahagia? Apa yang bisa kita pelajari dari Bunda Maria yang sudah lebih dulu berbahagia, karena sudah diangkat ke Surga sebagaimana kita rayakan hari ini? Apa makna merayakan peristiwa Maria diangkat ke Surga?

Hari Raya Maria Diangkat ke Surga

Merayakan peristiwa Maria diangkat ke surga dapat mengungkapkan kepercayaan akan masa depan kemanusiaan. Pada satu saat nanti umat manusia seluruhnya akan kembali berada bersama dengan Tuhan di Surga. Itulah kebahagiaan abadi yaitu hidup bersama Tuhan.

Apa yang dirayakan dalam pesta ini? Dirayakan kebesaran Tuhan yang dapat membawa kembali kemanusiaan ke Surga. Dirayakan pula kemampuan manusia untuk bekerja sama dengan Tuhan. Dirayakan seorang yang hidup tulus mengikuti suara batin, yang membiarkan diri dituntun suara batin. Kandungan suara batinnya itu menjadi darah daging juga – menjadi manusia. Manusia pertama yang bangkit dari kematian dan naik ke surga. Yesus dan dia yang kini mengisi surga dengan kegembiraan. Dia itulah yang menuntun manusia kembali ke Surga. Yesus hadir sebagai Guru, sebagai Gembala yang baik dan sebagai Penyelamat. Tak mengherankan yang pernah membawanya masuk ke dunia ini dengan sendirinya ikut terbawa kembali ke surga. Dia itu Maria, ibu Yesus.

Perayaan ini terjadi karena Bunda Maria sendiri sudah mendengarkan dan memelihara Firman Allah serta menjalankannya. Ini juga tampak dalam bacaan Injil Luk. 1:39-56. Ada beberapa pokok yang bisa direnungkan.

[media-credit name=”Google” align=”alignright” width=”300″]

Butir-butir permenungan


Pertama, perjumpaan antara Elisabet dan Maria, dua ibu yang sama-sama mengandung. Perjumpaan ini membuat anak dalam kandungan Elisabet melonjak kegirangan.

Lihat ada perjumpaan antara bayi yang dikandung oleh kedua ibu itu. Kedua ibu itu mendapati diri beruntung.  Elisabet sudah tua, tetapi mengandung Yohanes pembuka jalan karya keselamatan Allah. Dalam hitungan manusia dia tidak mungkin mengandung, karena sudah lanjut usia. Tetapi begitu besar kekuasaan Allah, sehingga yang tidak mungkin di mata manusia menjadi mungkin bagi Allah.

Maria pun sedang mengalami kekuatan kehendak Allah yang luar biasa. Dia belum bersuami dan mengandung dari Roh Kudus.  Bagaimana menjelaskan ini pada tunangannya? Pasti menjadi pemikirannya.

Yang tidak mungkin bagi manusia menjadi mungkin bagi Allah. Maria membiarkan Roh Kudus bekerja dalam dirinya. Itu dia Tuhan yang mengubah diri menjadi suara hati manusia. Dan suara hatinya itu jugalah yang membuatnya berkata “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu!” Firman Allah itu dia dengarkan, pelihara dan laksanakan dalam hidupnya.

Kedua, ungkapan kidung Maria. Roh yang sama mendorong Maria mengungkapkan kidung yang sangat mendalam. Apa yang diungkapkan Maria dalam kidung itu merupakan buah pengalaman imannya dalam mendengarkan Firman Allah.

“Aku mengagungkan Tuhan, hatiku bersuka ria karena Allah, penyelamatku. Sebab Ia memperhatikan daku hambaNya yang hina dina. Mulai sekarang aku disebut yang bahagia oleh sekalian bangsa.”

[/media-credit]Di situ terungkap siapa sumber suka cita Maria yaitu Allah, penyelamat. Kekuatan Allah luar biasa. Itu dirasakan dan dialami oleh Bunda Maria.

Ketiga, memelihara Firman Allah. Dalam Luk 11:27 disebutkan ada seorang perempuan yang menyebut bahagia ibu yang melahirkan Yesus. Yesus menambahkan, “Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya.” Kata “memelihara” ini memuat pengertian menjaga, menelateni, membesarkan.

Memelihara firman

Yang menarik ialah adanya penekanan pada kegiatan pihak manusia. Dikatakan manusia memelihara sabda Allah. Berarti sabda itu juga bisa berkembang dalam diri manusia dan bahkan menjadi bagian kehidupannya.

Maria ialah salah satu yang menjalankannya. Seperti diutarakan dalam Luk 1:38 “Terjadilah padaku menurut perkataanmu itu”, sabda Allah yang dibawakan malaikat kepadanya menjadi kehidupan karena diterimanya dan dikandungnya. Dan Maria melahirkannya tadi dalam ujud manusia. Kata-kata Yesus yang diteruskan dalam Luk 11:28 tadi memperjelas apa artinya berbahagia dan membesarkannya. Maria berbahagia karena ia mendengarkan firman Allah serta memeliharanya karena bisa melahirkan.

Belajar dari Bunda Maria, hendaknya kita mendengarkan Firman Allah. Setelah mendengarkan, kita memeliharanya dan melaksanakannya. Maka kita berbahagia, karena mendasarkan hidup kita kepada Firman Allah. Siapa yang mendengarkan dan menjalankan Kehendak Allah itulah yang berbahagia. Konkretnya, kita perlu membaca Kitab Suci, mendengarkan SabdaNya, mengenali KehendakNya dan menjalankannya dalam hidup sehari-hari.

Tuhan Yesus, jadikanlah FirmanMu menjadi bagian hidup kami, sehingga kami merasakan dan mengalami kebahagiaan sebagaimana sudah dialami oleh Bunda Maria.

Romo Yohanes  Wartaya Winangun SJ, mantan Direktur Kursus Pertanian Taman Tani (KPTT) di Salatiga, kini bekerja pastoral di Paroki Santa Maria, Tangerang.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here