Rabu 29 November 2023.
- Dan. 5:1-6,13-14,16-17,23-28.
- MT Dan. 3:62-67.
- Luk. 21:12-19.
BANYAK orang yang menyesalkan sikap dan langkah anak-anak pemimpin bangsa kita.
Sebuah langkah yang harus mengurbankan tatanan dan etika hingga perjuangan dan pengabdian sang ayah selama ini menjadi tercoreng.
Bukan lawan politik atau orang lain yang merusak dan menghancurkan nama orangtua, tetapi keluarga sendiri yakni anak isteri, dan adik ipar.
Secara halus atau langsung dengan nada tegas sudah disampaikan kepada sang pemimpin untuk kembali menjadi pribadi seperti dulu yang melayani dengan rendah hati, jujur dan penuh kesederhanaan. Namun ambisi akan kekuasaan dan kecemasan akan masa depan keluarga telah mengeraskan hatinya untuk memilih jalan yang melawan suara keprihatinan.
Untuk langkah ini, seakan-akan peribahasa ini bisa sangat berlaku:” Biarkaan anjing menggonggong kafilah berlalu.” Artinya membiarkan orang lain berbicara, mencemooh atau mempergunjingkan seseorang. Tetapi tidak menghiraukanya, biarkan saja.
Dalam konteks sang pemimpin meski yang menyuarakan suara keprihatinan adalah para tokoh bangsa yang punya hati bersih dan selama ini menjadi hati dan suara bangsa ini, tetap saja tidak didengarkan.
Sang pemimpin itu tidak memedulikan nasihat orang lain khususnya dari orang-orang yang dianggap berbeda pandangan politiknya dan menganggap nasihat tersebut seperti gonggongan anjing yang berlalu dalam sesaat.
“Allah menguji manusia dengan harta dan kekuasaan. Ambisi terhadap harta dan kekuasaan yang memuncak hanya Allah yang bisa menghentikannya,” kata seorang sahabat.
“Manusia tidak mudah untuk menghentikannya. Manusia yang memiliki idealisme dan kejujuran yang baik pun belum tentu bisa lolos bila teriming-imingi harta,” sambungnya.
“Betapa banyak keluarga yang harmonis dan hidup rukun dengan kebutuhan apa adanya. Begitu ada kesempatan memiliki harta yang melimpah, serta kuasa yang tak terbatas mereka mengarahkan segala daya untuk meraihnya,” paparnya.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian. ”Dan kamu akan diserahkan juga oleh orang tuamu, saudara-saudaramu, kaum keluargamu dan sahabat-sahabatmu dan beberapa orang di antara kamu akan dibunuh.”
Ambisi mengumpulkan harta dan merebut kekuasaan memiliki daya rusak yang amat dahsyat.
Hal ini disebabkan orang yang ingin menumpuk harta dikuasai nafsu yang tak mampu mengontrol keinginannya.
Sementara orang yang berambisi untuk meraih kekuasaan akan menggunakan berbagai daya upaya, serta menghalalkan segala cara untuk mewujudkan ambisinya.
Pengaruh kekuasaan juga besar dalam merusak kehidupan manusia, dimana bisa menutup jalan kebenaran, sehingga menghancurkan reputasinya.
Dalam situasi yang gelap mata hati ini, kita sebagai pengikut Kristus untuk tetap berjalan dalam kebenaran dan ketulusan.
Kita dipanggil untuk tetap setiap ada jalan Kristus yakni mengalami hidup sebagaimana Yesus hidup. Meskipun penderitaan itu tak terhindarkan, namun yang terpenting adalah kemuliaan hidup yang dialami setelah penderitaan itu.
Tuhan menjamin bahwa yang setia akan berbahagia, yang bertahan akan hidup.
Tuhan menjanjikan hidup bagi yang mau kehilangan hidupnya demi Dia.
Karena kehilangan demi Tuhan sama dengan memperoleh segalanya.
Begitu pula, dengan mempertahankan segala sesuatu tanpa Tuhan, sama halnya dengan kehilangan segalanya.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku mau selalu berjuang untuk setia pada jalan salib Tuhan?