Memilih Tuhan daripada Mamon

0
689 views
Jangan mengumpulkan harta yang habis dimakan ngengat, by Vatican News.

Minggu, 18 September 2022

  • Am. 8:4-7
  • Mzm. 113:1-2,4-6,7-8.
  • 1Tim. 2:1-8.
  • Luk. 16:1-1

SETIAP kebaikan akan berbalas kebaikan pula. Pada saat kita tidak tahu harus bertindak apa dalam kehidupan ini, prinsip di atas kiranya bisa menuntun kita untuk tidak kehilangan wajah kasih dalam hati kita.

Setiap tindakan yang baik dan benar akan kembali dalam kebaikan dan kebenaran pula.

Hendaknya kita senantiasa menabur kebaikan selama hidup di dunia ini untuk menjamin ketersediaan tempat bagi kita di surga kelak bersama Allah yang penuh belas kasih.

Jika kita menabur kebaikan meski banyak tantangan dan kesulitan akan membawa berkat bagi hidup kita.

Kecerdikan kita terletak pada sikap kita dalam menghadapi ketidaktentuan waktu berakhirnya masa hidup kita di dunia ini.

Daripada menunggu-nunggu kapan saat itu tiba, lebih baik jika setiap saat kita hidup sebagai pribadi yang baik dan benar di hadapan Tuhan dan sesama.

Sehingga, saat waktu itu tiba, kita pun mendapat tempat bahagia di surga bersama Allah.

Seorang ibu mengeluhkan sikap adiknya yang seakan-akan sering dibodohi orang lain. Hidupnya sering menjadi tempat persinggahan orang yang susah dan minta pertolongan padanya.

“Berbuat baik itu perlu, tapi juga jangan terlalu naif, karena keinginan kamu berbuat baik hingga dirimu menjadi susah dan menjumpai kesulitan,” kata seorang ibu kepada adiknya.

“Mestinya kamu belajar menolak, tidak setiap permintaan orang lain kamu sanggupi,” sambungnya.

“Saya hanya melakukan yang bisa saya lakukan untuk orang yang kurang beruntung. Saya punya niat untuk membantu,” sahut saudaranya.

“Saya ingat betapa bapak kita yang hidupnya berkelimang harta ketika sakit dan meninggal, harta benda itu tidak bisa menolong dia,” lanjutnya.

“Dari situlah saya bertekad menjadikan sebagaian berkat yang saya terima untuk menolong orang lain,” paparnya.

“Akhir hidup bapak kita sendiri telah mengajari kita, bahwa kita harus memilih dalam hidup ini, Allah atau Mamon,” tegasnya.

“Saya tahu itu, tapi kalau kamu sendiri akhirnya kesulitan, bukankah itu sebuah kebodohan,” sahut kakaknya.

“Ini bukan kesulitan namun hidup dalam kesederhanaan. Kalau pun saya mengalami kesulitan, itupun tidak terkait dengan pilihan saya untuk bermurah hati,” jawabnya.

“Memilih Allah daripada mamon itu tidak mudah, tidak enak, tidak hebat di mata sesama, karena itu adalah jalan sepi dan penuh pengorbanan,” lanjutnya.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,

“Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.”

Perumpamaan ini mengajar para murid agar tidak hanya memikirkan masa depan, tetapi melakukan sesuatu yang baik pada masa kini.

Kita perlu belajar dari bendahara yang tidak jujur. Ia mampu melihat ke depan, memperhitungkan realitas, dan mampu bertindak tepat.

Memilih yang baik dan benar itu tidak mudah, namun itulah jalan keselamatan yang ditawarkan Tuhan bagi kita.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku memilih Allah daripada Mamon?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here