Memperdebatkan Konten Iman

0
321 views
Ilustrasi --Patung Maria dan Yesus (Ist)

BAPERAN-BAcaan PERmenungan hariAN.

Selasa, 5 April 2022.

Tema: Patung, Berhala?

Bacaan.

  • Bil. 21: 4-9.
  • Yoh. 8: 21-30.

“ROMO tetangga saya mengatakan orang Katolik itu menyembah berhala. Betulkah?

“Bapak sebagai orang Katolik, apa jawabnya?”

“Saya bilang, kami tidak merasa dan tidak ada dalam benak kami sedikit pun  kalau menyembah berhala. Saya jawab singkat saja. Saya tidak ingin berdebat. Keyakinan dan ekspresi kepercayaan itu kan masing-masing. Tidak bisa diperdebatkan.

Lagian saya tahu persis, ia sengaja beradu argumentasi. Ia merasa lebih kuat agamanya, lebih fasih Kitab Suci.

Saya tidak meladeni. Akan menjadi pembicaraan yang tidak menghasilkan hal yang baik.

Saya hanya mengatakan, itu salah satu ekspresi  ungkapan iman. Kamu tidak akan mengerti dan tidak akan mau memahami.”

“Lalu apa yang terjadi?”

“Ia mulai menguliahi saya soal Kitab Suci dan kepercayaannya.”

“Apa yang ia katakan?”

“Gerejamu itu sesat. Banyak patung. Itu kan sama seperti menyembah berhala.

Di dalam patung-patung itu ada setannya. Harus dibuang. Itu membuat Tuhan marah.

Dia memberi argumentasi dengan kutipan ayat sana sini. Kesannya, dia yang paling tahu dan paling benar.

Dia menyarankan saya membuang semua patung-patung yang ada di dalam rumah saya. Ia bersedia memanggil pendoa untuk pengusiran.”

“Apakah dia dikenal baik oleh tetangganya?”

“Tidak begitu Romo. Tetangga cenderung tak mengacuhkan. Selalu ada kesengajaan berdebat soal agama. Mengkhawatirkan Romo. Beberapa tetangga yang beragama lain sudah meminta saya untuk menegur dia. Saya pun sudah mengatakan supaya hati-hati.

Tapi ya begitu romo. Orangnya keukeuh, seakan-akan dia yang paling benar dan paling tahu tentang Tuhan.”

“Apalagi yang Bapak katakan?”

Saya hanya mengatakan kepadanya  tunjukkanlah agama apa yang tidak mengekspresikan kepercayaan mereka dalam bentuk seni yang menggugah hati langsung teringat akan kasih dari Allah Yang Maha Tinggi.

Dia mengatakan semua itu musyrik.

“Saya juga bertanya apakah di gerejamu ada salib. Kenapa ada?”

“Jawabnya?”

“Sekedar tanda saja. Lambang bahwa Yesus mati disalib. ‘Bagi kami yang penting bukan salib, tapi firman.’ Kami diajari memahami dan mewartakan Firman kebenaran.

Saya sengaja menghentikan pembicaraan. Saya merasa tidak akan membawa kebaikan. Hanya perseteruan.

Apakah jawaban saya sudah cukup memadai, Mo?”

“Kalau pembicaraan itu adalah pembicaraan bersama untuk saling memahami,  memperkaya inspirasi, sebagai ungkapan iman, itu baik adanya. Kalau kesannya hanya sebatas agitasi lebih baik tidak usah dilanjutkan.”

Ekspresi iman dan ungkapan keberagamaan akan saling memperkaya kalau hati dan jiwa seseorang itu pendamai. Ekspresi dalam bentuk seni entah seni tulis, bangunan, patung dan lainnya itu hanya sebuah ekspresi kekayaan jiwa yang mengungkapkan Keluhuran Kasih Allah yang Maha Agung. Manusia itu simbolic human being.

Lihatlah di klenteng, vihara, gereja, begitu banyak karya seni, kekayaan batin di dalamnya. Mengagumkan. Mereka tidak merasa sebagai  penyembah berhala. Tetapi dengan melihat karya seni itu, mereka otomatis mengenang peristiwa atau pengalaman kebaikan, kesucian dan cinta Allah.

Itu dapat berfungsi sebagai sarana pengarah hati kepada Yang Maha Suci. Minimal mereka dikobarkan untuk semakin menjadi pribadi yang baik dan bijak. Ada sesuatu misteri yang tak terpahami.

Berfirmanlah Tuhan kepada Musa, “Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup.” Bil. 21: 8.

Apalagi salib suci.

“Apabila kamu telah meninggikan anak manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia.” ay 28a.

Tuhan, syukur dan terima kasih, Engkau menganugerahkan batin bening, jiwa berseni untuk mengenang karya penebusan-Mu. Amin.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here