Mempersembahkan dengan Tulus Hati

0
369 views
Ilustrasi - Ulurkan tangan dan bantuan. (Ist)

Senin 27 November 2023..

  • Dan. 1:1-6,8-20.
  • MT Dan. 3:52,53,54,55,56.
  • Luk. 21:1-4.

PERSEMBAHAN dalam bentuk apa pun bukan sekadar konsep kesadaran religi, tetapi selalu punya makna kesadaran sosial. Banyak orang yang mempersembahkan harta miliknya demi kemuliaan Allah semata.

Memang, persembahan kepada Allah mestinya mengarahkan hati kita pada cinta kepada sesama.

Persembahan dari hati yang tulus mestinya mendukung kita dan demi kepentingan dunia, termasuk di dalamnya berbagi berkat kepada sesama. “Saya baru tahu bahwa ibu itu yang selama ini mendukung bea siswa anak-anak yang tidak mampu,” kata seorang bapak.

“Setiap bulan dia memberikan dana dan tidak seorang pun tahu,” lanjutnya.

“Baru setelah ibu ini meninggal, kita jadi tahu. Karena tidak ada lagi amplop putih dengan tulisan bea siswa di kotak sumbangan sukarela,” ujarnya.

“Dia memberikan dengan ketulusan dan penuh kasih hingga tidak ada orang yang tahu,” tandasnya.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, Lalu Ia berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu.

Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya.”

Jangan menunggu kalau kaya baru berderma. Jangan menanti segalanya ada baru berbagi.

Tuhan ingin agar kita meneladani si janda yang memberi tanpa dipengaruhi oleh kondisi dan kesulitan. Mungkin, ini terlihat bodoh bagi dunia.

Justru melalui tindakan janda ini betapa Tuhan Yesus melihat, menghargai, bahkan mengagumi tindakan seperti itu. Artinya, pengalaman serba kurang tidak boleh menyurutkan perbuatan baik seseorang.

Janda, kita hidup dalam budaya dengan gaya hidup mewah. Keadaan ini membentuk kita menjadi egois sehingga sulit untuk belajar memberi. Kalaupun memikirkan orang lain, itu pun demi keuntungan sendiri.

Ini sungguh ironis dan menyedihkan. Seharusnya, kehidupan seorang kristiani meneladani janda yang menjungkirbalikkan sistem nilai dunia yang tanpa kasih, dan mengasihi sekalipun dalam kondisi sulit.

Seorang janda tidak lagi memiliki suami/kepala rumah tangga yang memerhatikannya dan dia layak menerima sumbangan dan perhatian tetapi mengherankan janda yang hidup dalam kekurangan ini malah memberikan semua yang ada padanya. Dan Yesus menilai kesungguhan hati janda ini.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku dengan tulus memberikan persembahan kepada Allah melalui sesama?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here