Memuja Idola Fana

0
196 views
Ilustrasi - Harta kekayaan berupa uang berlimpah. (Catholic.com)

BUMI Nusantara baru dihebohkan oleh fenomena orang yang mendadak kaya. Banyak anak muda terkesima. Ingin mengikuti jejaknya. Enak, bisa mendadak kaya tanpa banyak usaha.

Tetapi apa daya. Tetiba mereka berurusan aparat negara. Lantaran bisa mendadak kaya secara “luar biasa” dengan cara merugikan banyak sesama. Orang pun disadarkan akan rapuhnya barang fana.

Jangankan dalam hal harta dunia; terhadap yang rohani dan menyangkut agama pun orang perlu waspada. Di sana ada banyak idola fana.

Tuhan mengingatkan, “Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya.” (Mat 23: 2-4).

Dengan itu ditegaskan-Nya bahwa yang mesti dijadikan pedoman hidup itu bukan manusia, melainkan Tuhan.

“Tetapi kamu, janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. Dan janganlah kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di surga. Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias.” (Mat 23: 9-10).

Rabi, imam, bapa dan pemimpin duniawi lainnya bersifat sementara. Tidak dapat diandalkan selamanya. Mengidolakan dan menurutinya membuat orang terjerumus hidupnya. Yang fana itu fatamorgana. Indah sekejap, lalu segera kemilaunya lenyap.

Lewat Nabi Yesaya Tuhan berfirman, “Jika kamu menurut dan mau mendengar, maka kamu akan memakan hasil baik dari negeri itu.” (Yes 1: 19).

Mereka yang ingin mengalami kesejahteraan sejati diundang untuk mendengarkan Tuhan. Sedang mereka yang hanya mengejar fatamorgana suka memuja idola fana.

Selasa, 15 Maret 2022

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here