Memusuhi secara utuh

0
323 views
Ilustrasi

“Kalian dahulu hidup jauh dari Allah, dan memusuhi Dia dalam hati serta pikiran seperti terbukti dalam perbuatanmu yang jahat.” (Kol 1,21)

BEBERAPA hari yang lalu seorang pegawai BNN, yang bernama IK, ditemukan tewas. Media menyebutkan bahwa IK adalah seorang isteri yang sering bersikap arogan dan kasar terhadap suaminya. Sikap arogan itu nampak dalam video rekaman, saat IK bertengkar dengan suaminya. Bahkan IK pun sering memukuli suaminya, karena suami tidak menanggapi permintaannya, yakni minta dibelikan mobil dan rumah mewah.

Musuh memang dikenal pada jaman peperangan atau perjuangan kemerdekaan. Musuh utama yang harus diperangi adalah para penjajah. Jaman perang dan jaman perjuangan kemerdekaan telah lama lewat; namun sikap permusuhan masih selalu terjadi di dalam kehidupan bersama. Sikap bermusuhan bisa terjadi di dalam sebuah keluarga, yakni: permusuhan suami dan isteri, orang tua dan anak, kakak dan adik, menantu dan mertua. Banyak orang tidak kerasan tinggal di rumah, karena tidak tahan dan tidak kuat menghadapi suasana permusuhan anggotanya.

Sikap permusuhan juga bisa terjadi di tempat kerja atau di kantor, dalam sebuah perusahaan swasta atau lembaga pemerintah, yakni: permusuhan antar karyawan, antara karyawan dan pimpinan. Permusuhan yang sering terungkap dalam rasa cemburu terhadap rekan kerjanya, sikap diskriminatif terhadap karyawan yang tidak disukai, pembagian kerja yang tidak adil, dsb. Sikap permusuhan juga sering nampak dalam hidup bermasyarakat, yakni permusuhan antar kelompok atau golongan. Di tengah-tengah masyarakat hidup berbagai macam kelompok berdasarkan suku, agama, keyakinan, budaya, pendidikan, status sosial. Mereka mempunyai minat, tujuan, kegiatan, kepentingan dan identitas yang berbeda-beda. Permusuhan dan konflik antar kelompok selalu saja terjadi.

Memusuhi orang lain merupakan pengalaman yang sering terjadi di dalam diri banyak orang, sekalipun kualitasnya berbeda-beda. Ada orang yang memusuhi sesamanya lewat kata-kata kasar dan keras saja; ada juga yang melengkapinya dengan tindakan kekerasan yang dapat menimbulkan luka, sakit atau penderitaan. Kata-kata kasar dan tindakan kekerasan sering mengalir dari hati yang dikuasai oleh dendam dan kebencian; didukung oleh pikiran-pikiran yang mampu merencanakan tindakan jahat.

Dalam hal ini, orang sungguh memusuhi orang lain secara utuh dan komplit, yakni dengan hati, pikiran, perasaan, kata-kata dan tindakan. Hal ini nampaknya tidak hanya berlaku dalam diri orang yang memusuhi sesamanya; tetapi juga dalam diri orang yang memusuhi Allah. Bisa terjadi bahwa orang sungguh memusuhi Allah secara komplit dan utuh, yakni dengan hatinya, pikirannya, perasaan, kata-kata dan tindakan jahatnya.

Dalam peristiwa dan pengalaman apa, saya pun pernah memusuhi orang lain dan Allah? Sejauh mana kualitas permusuhan itu: apakah komplit dan utuh atau sebagian saja? Berkah Dalem.

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here