Menajamkan Naluri Menolong

0
389 views
Menolong sesama by cc crystow.

Senin 11 September 2023

Kalender liturgi katolik disiapkan untuk Hari Biasa Pekan XXIII.

Hari biasa Warna Liturgi Hijau

  • Kol. 1:24-2:3.
  • Mzm. 62:6-7,9.
  • Luk. 6:6-11

“SEDIKIT-sedikit, nanti jadi bukit”. Hal-hal besar tidak selalu lahir dari pekerjaan besar.

Hal besar juga bisa lahir dari hal-hal kecil atau terlihat sepele, tapi lambat-laun menjadi besar.

Kita sering hanya melihat segala sesuatu dari “hasil”, tapi kita melupakan bahwa yang besar bisa saja lahir dari “proses” penumpukan yang kecil-kecil atau dianggap sepele.

Tumpukan pasir yang dulunya hanya butir-butir kecil bisa menjadi gunung pasir, atau bahkan padang pasir luas.

Hal itu juga berlaku dalam kehidupan kita. Kita sering menyepelekan hal-hal kecil, padahal hal yang kecil itu bernilai, bahkan jika berakumulasi, hal-hal itu menjadi besar.

Sadarkah kita bahwa segelas air putih akan tampak tidak berarti jika disandingkan dengan minuman mewah lain, tapi air putih bisa jadi sangat berarti bagi seseorang yang sangat kehausan di tengah terik matahari.

Perbuatan baik yang sekecil apa pun tidak muncul begitu saja, namun ada proses yg penanaman nilai terus menerus hingga ketika menghadapi sesama.yang perlu bantuan, respon spontan yang ada adalah memberi pertolongan.

Demikian juga niat jahat yang bersemanyam di dalam hati tidak datang begitu saja namun tertanam pelan-pelan hingga ketika ada sesuatu tindakan pertama-tama yang dicari adalah kesalahannya bukan kebaikannya.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,

“Pada suatu hari Sabat lain, Yesus masuk ke rumah ibadat, lalu mengajar. Di situ ada seorang yang mati tangan kanannya.

Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang pada Hari Sabat, supaya mereka dapat alasan untuk mempersalahkan Dia.”

Bacaan Injil hari ini berbicara tentang belas kasih Tuhan Yesus pada hari Sabat kepada orang yang mati tangan kanannya.

Bagi orang Farisi dan ahli Taurat, Hari Sabat adalah istirahat total dan bekerja pada Hari Sabat adalah hal yang tabu. Hukum melarang orang untuk bekerja pada hari sabat.

Frame inilah yang dijadikan pedoman untuk menilai tindakan sesama.

Beda lagi dnegan sikap Tuhan Yesus. Dia tergerak hati-Nya, melihat orang yang menderita. Karena belas kasih-Nya itulah, akhirnya Tuhan Yesus menyembuhkan orang yang mati tangan kanannya meskipun pada Hari Sabat.

Dia mempunyai kebijaksanaan dalam mengambil pilihan sikap. Ada nilai yang lebih luhur daripada sekedar taat pada aturan sabat, yakni keselamatan orang.

Melalui teladan Tuhan Yesus ini, kita disadarkan bahwa melaksanakan dan menaati segala aturan termasuk aturan keagamaan itu penting tetapi lebih penting lagi menyelamatkan nyawa orang dari pada hanya sekedar mengikuti ritual keagamaan belaka.

Tuhan Yesus menegaskan bahwa Hari Sabat harus digunakan dengan baik untuk kemuliaan Allah dan keselamatan umat-Nya.

Berbuat baik atau berkarya untuk orang yang sedang menderita janganlah dijadikan masalah.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku mementingkan aturan keagamaan daripada membantu sesama yang membutuhkannya?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here