ORANG jahat cenderung berputar-putar dalam pikirannya sendiri yang sesat. Mereka melihat kebaikan dengan mata berat. Menganggap orang-orang benar menghalangi mereka punya niat. “Orang-orang fasik berkata satu sama lain, karena angan-angan mereka tidak tepat.” (Kebijaksanaan 2:1a).
Di mana letak sesatnya?
Pertama, mereka menganggap orang baik sebagai gangguan yang menentang mereka (Kebijaksanaan 2:12). Mereka memandang yang baik sebagai penghalang.
Kedua, mereka memandang orang yang baik sebagai cela sehingga melihat orang baik berat rasanya. Bagaimana mungkin menganggap yang baik sebagai cela? Barangkali itu pertanda jalan pikiran yang terbalik.
Ketiga, mereka mencobai orang baik dengan siksa dan aniaya untuk menguji kelembutan dan kesabaran hatinya (Kebijaksanaan 2:19). Mereka lupa bahwa Tuhan menolong orang-orang yang percaya kepada-Nya.
Akhirnya, mereka tidak yakin akan ganjaran kesucian dan tidak menghargai kemuliaan bagi jiwa yang murni (Kebijaksanaan 2:22). Hidup yang jahat tidak peduli terhadap kesucian. Di manakah hidup demikian berakhir?
Injil hari ini (Yohanes 7:1-2.10.25-30) menampilkan usaha orang fasik melawan Yesus. Orang-orang Yahudi menampilkan manusia yang sesat. Bagi mereka, Yesus itu mengganggu dan mesti disingkirkan.
Mereka mengira mengetahui asal-usul Yesus (Yohanes 7:27). Namun, mereka tidak mengerti yang mengutus Yesus (Yohanes 7:28). Mereka berusaha menangkap Yesus, tetapi tidak berhasil, karena waktunya belum tiba (Yohanes 7:30).
Walau mereka banyak, tak dapat melawan Yesus yang sendiri. Mengapa? Karena Yesus itu orang benar yang berpegang pada Bapa-Nya. Dia mengenal Allah yang mengutus-Nya. Barangsiapa berpegang pada Allah menang atas orang fasik.
Jumat, 15 Maret 2024
Albherwanta O.Carm