- Bacaan 1: Flp 2:5-11
- Injil: Luk 14:15-24
Egois merupakan salah satu sifat yang manusiawi karena hampir setiap manusia memilikinya. Hanya kadar dan kemampuan dalam mengelolanya saja yang membedakan setiap orang.
Egois juga dikenal sebagai egosentris merupakan pemusatan terhadap diri sendiri. Bahwa dirinya sendirilah yang paling penting dan utama tanpa memperhatikan kepentingan atau perasaan orang lain.
Dalam bacaan injil hari ini, Tuhan Yesus menampilkan tiga sifat egois beberapa orang saat mendapat undangan pesta perjamuan. Ada yang ingin mengurus,
- Ladang barunya
- Lembu barunya
- Istrinya (menikmati masa pengantin barunya)
Dengan berbagai alasan itu mereka meminta maaf untuk tidak datang pesta dan memilih mengurus kepentingan dirinya sendiri.
Kalau dilihat alasan-alasannya, sepertinya mereka merupakan orang-orang yang memiliki strata sosial mapan atau berkecukupan. Cenderung menganggap orang lain itu tidak penting. Tuhan Yesus membandingkan sikap mereka dengan orang-orang lemah:
“Pergilah dengan segera ke segala jalan dan lorong kota dan bawalah ke mari orang-orang miskin dan orang-orang cacat dan orang-orang buta dan orang-orang lumpuh.
Pergilah ke semua jalan dan lintasan dan paksalah orang-orang, yang ada di situ, masuk, karena rumahku harus penuh.”
Mereka lebih “welcome” (menanggapi dan menerima) undangan pesta tersebut.
Rasul Paulus dalam suratnya kepada Gereja di Filipi juga mengajarkan hal yang sama, “menanggalkan egoisme” melalui contoh kisah hidup Tuhan Yesus Kristus.
Dia yang adalah Allah Putera mau menanggalkan status ke-Allahan-Nya dan hidup sebagai “Manusia” biasa bahkan menjadi “Hamba” yang mau melayani umat-Nya.
“Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.”
Pesan hari ini
Mari menyadari kelemahan kita sebagai manusia dan menanggalkan egoisme.
“Undangan Tuhan” datang ke pesta perjamuan surgawi bersifat universal, terbuka bagi siapa saja yang mau menanggapi. Bukan hanya bagi “Bangsa Terpilih” yang meski telah menerima undangan terlebih dahulu namun menolak-Nya dan malah menyelingkuhi-Nya.
“Orang egois tidak mampu mencintai orang lain namun juga tidak mampu mencintai dirinya sendiri.”