Pengantar
Kali ini, saya ingin mengajak para kerabat Sadhana untuk makin menyadari kebijaksanaan Allah, dan membawanya ke dalam doa hening pribadi. Untuk sedikit mengatur gagasan dalam doa hening, saya arahkan perhatian pada:
- Nyanyian Pujian Maria.
- Berdoa dengan alam.
Kita sadar akan kehadiran kebijaksanaan Allah, secara khusus dalam diri Bunda perawan Maria, dan secara umum dalam alam di sekitar kita.
Nyanyian Pujian Maria
Setelah menerima kabar sukacita dari Malaikat Gabriel, bahwa akan melahirkan Puetra Allah, Maria mengujungi Elisabet saudaranya. Elisabet menyambutnya penuh Roh Kudus dan Perawan Maria menanggapi dengan Nyanyian Pujian (Magnificat) yang berbunyi:
“Lalu kata Maria: Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah Juru Selamatku, sebab ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan namaNya adalah kudus, dan rahmatNya turun temurun atas orang yang takut Dia.
Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya. Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah.
Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa. Ia menolong Israel hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya, seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya. Dan Maria tinggal kira-kira tiga bulan lamanya bersama dengan Elisabet, lalu pulang kembali ke rumahnya.” (Luk 1:46-55)
Bagi saya, yang mengagumkan dalam nyanyian pujian ada dua:
- Maria menyadari kerendahan dirinya.
- Maria memuji dan mensyukuri kebijaksanaan Allah.
Saya rasa tidak keliru, bahkan tepat sekali, kalau dalam Litani Santa Perawan Maria, Gereja menyebut dia sebagai: Tahta Kebijaksanaan. Artinya dalam diri Maria, Allah atau Kebijaksanaan-Nya bersemayam.
Berdoa dengan alam
Sebetulnya Kebijaksanaan Allah, yang meresapi Bunda perawan Maria secara khusus, juga meresapi alam di sekitar kita secara umum. Dalam keheningan, kita dapat menyadari hal itu, lalu menanggapi bersama alam yang diam-diam kita ajak berdoa.
Berdoa dengan udara
Tenang-tenang kuhirup udara pernafasanku. Kuperhatikan kesejukan udara yang kuhirup lewat lubang hidungku , dan kehangatan udara yang kuhembuskan keluar lewat lubang hidungku itu. Kulakukan ini beberapa kali dengan kesadaran: aku sedang bernafas untuk kelancaran hidupku.
Kalau aku menghirup kesejukan udara, kusadari aku menghirup ke dalam diriku kuasa kasih Allah yang menghidupkan. Sedang kalau aku mengembuskan udara dari pernafasanku, aku menghembuskan keluar segala macam ”egoisme” ku, entah itu berupa keserakahan, iri hati, kemarahan, dsb.
Aku bersyukur karena menyadari aku dipelihara hidup oleh Allah lewat udara pernafasanku, sebagaimana tertulis: ” Ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya, demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.” ( Kej 2:7).
Setelah beberapa saat berdoa dengan udara, khususnya lewat pernafasan, kini kuambil waktu lagi untuk menikmati udara pada umumnya yang kurasakan kesejukannya atau kehangatannya.
Dengan itu aku berkomunikasi dengan alam dan tanpa kata-kata berdoa dalam arti berkomunikasi dengan Allah dan kuasa-Nya. Kusadari pernafasanku yang masih lancar, normal tanpa membutuhkan bantuan medis apa pun. Kusyukuri organ pernafasanku yang dipelihara oleh Tuhan Allahku sampai saat ini.
Berdoa dengan suara
Dalam keheningan dan dengan mata terpejam, kudengarkan suara-suara di sekitarku, ada yang jelas / jernih ada pula yang lembut sayup-sayup sampai ke telingaku.
Ada variasi suara dan pesannya, seperti misalnya deru guntur di langit yang menyampaikan pesan adanya kuasa di dalamnya. Ada suara burung yang berkicau, mengungkapkan pesan sukacita dalam kebebasan mungkin ada suara jangkrik dan belalang dengan iramanya yang mengungkapkan kedamaian di tengah alam.
Kunikmati masing-masing suara dengan memperhatikan variasi dan kekayaannya. Lalu kusertakan dengan suara yang kupilih untuk mengungkapkan perasaan yang saat ini ada dalam hati. Biarlah kesadaran mengungkapkan doa, yang berupa komunikasi tanpa kata.
Kusadari bahwa organ pendengaranku masih normal atau wajar. Itulah suatu anugErah dari Allah yang memelihara hidupku, sehingga aku dapat lebih mudah dengan alam, dengan sesama manusia, bahkan dengan Allah Tuhanku.
Berdoa dengan cahaya
Bila aku duduk di alam terbuka waktu malam, aku bisa melihat bintang-bintang yang bertaburan di angkasa. Melihat angkasa yang begitu luas bertabur bintang dan bulan, aku dapat menyadari keagungan kuasa Allah.
Aku dapat memuji keagungan Allah, sebagaimana dialami oleh Daud waktu dia di luar gua Adulam ketika dia merasa aman di tengah gulita malam, selagi di luar sana Saul dan pasukannya mengejar dia. Menyadari kuasa Allah yang melindunginya dia pun mengidungkan dalam batin Mazmur 8.
Antifon: 5 1 2 3 4 5
Kerelaan Tuhan hendak kunyanyikan selama-lamanya.
Mazmur 8: 1 2 3 3 …….. 4 3 2 3
2 2 2 2 ………2 3 4 5
Tuhan, Allah kami,
Betapa mulia nama-Mu di seluruh bumi.
Keagungan-Mu luhur mengatasi langit,
Mulut kanak-kanak dan bayi berbicara bagimu,
Untuk membungkam musuh dan lawan-Mu
Jika kupandang langiMu, karya jari-Mu,
Bulan dan bintang yang Kau ciptakan:
Apakah manusia sehingga Kau perhatikan?
Siapakah dia sehingga Kau pelihara?
Kau ciptakan dia hampir setara dengan Allah,
Kau mahkotai dengan kemuliaan dan semarak.
Kau beri dia kuasa atas buatan tangan-Mu,
Segala-galanya Kau tundukkan kepadanya:
Domba, sapi dan ternak semuanya,
Hewan di padang dan margasatwa
Burung di udara dan ikan di laut
Semuanya yang melintasi arus lautan
Tuhan, Allah kami,
Betapa mulia nama-Mu di seluruh bumi
Kemuliaan kepada Bapa,
Dan Putera dan Roh Kudus
Seperti pada permulaan sekarang selalu
Dan sepanjang segala abad. Amin.