Mencari Format Baik sebagai Sosok Religius Masa Depan

0
186 views
Ilustrasi: Pesta Hidup Membiara 70, 60, 40, 25 Tahun dan dan Kaul Kekal sejumlah suster SFIC di Pontianak, Kalbar. (Dok. SFIC)

ERA milenial saat ini terus dan masih saja terus berubah. Ditandai antara lain dengan perkembangan kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi; digitalisasi semua hal. Tersedianya sumber-sumber informasi yang senantiasa berubah dan berkembang tanpa batas.

Perubahan sangat cepat ini tentu saja membuat gaya hidup dan identitas hidup menjadi serba instan.

Gereja lalu menyikapinya

Gereja mengambil segi positif adanya perkembangan teknologi. Gereja melihat perkembangan dunia komunikasi sebagai

kesempatan untuk menjalankan tugas pengutusan. Yaitu, mewartakan Kerajaan Allah dan mengembangkan kesejahteraan umat manusia.

Guy Marchessault mencatat, Inter Mirifica adalah dekrit Konsili Vatikan II. Bicara tentang Upaya-upaya Komunikasi Sosial. Dekrit ini berisi tentang gagasan tentang perubahan teknologi membawa pembaruan dalam sikap Gereja terhadap dunia komunikasi sosial.

Dalam sejarahnya, dekrit komunikasi sosial itu telah disetujui para Bapa Konsili dalam pemungutan suara 1.960 berbanding 164. Lalu secara resmi dideklarasi oleh Paus Paulus VI 4 Desember 1963.

Ilustrasi: Pesan Paus Fransiskus di Hari Komunikasi Sosial Sedunia “Mendengarkan dengan Hati” (Salesian)

Melalui Dekrit Inter Mirifica yang dirilis tanggal 4 Desember 1963, Konsili Vatikan II memberi penghargaan besar terhadap kemajuan dunia komunikasi yang ”membuka peluang-peluang baru untuk menyalurkan

dengan lancar sekali, segala macam berita, gagasan-gagasan, pedoman pedoman”.

Juga, ”yang pada hakikatnya mampu mencapai dan menggerakkan bukan hanya orang-orang perorangan, melainkan juga massa, bahkan seluruh umat manusia.” Misalnya, media cetak, sinema, radio, televisi dan sebagainya, yang karena itu memang tepatlah disebut media komunikasi sosial.

Tantangan menghadang

Namun ternyata di balik segi positif kecanggihan teknologi, timbullah ada namanya Generation Z. Orang-orang lebih tertarik pada sesuatu yang hasilnya langsung bisa dinikmati atau dilihat; tidak suka dengan sesuatu yang membutuhkan proses; orang senang bahwa semua menjadi serba instan.

Dalam hal ini kita harus waspada, karena dampak negatif dari era disrupsi.

Era disrupsi merupakan masa terjadinya inovasi dan perubahan secara massif. Masifnya inovasi itulah yang bisa mengubah berbagai sistem dari pola lama ke baru.

Ada beberapa contoh disrupsi digital dan teknologi yang dapat dengan mudah kita temukan dan sekaligus membawa kita menuju era baru antara lain:

  • Perubahan tren moda transportasi menjadi online.
  • Perubahan tren cara pembayaran menjadi digital.
  • Terdapatnya fitur tarik tunai di segala tempat.

Teknologi bisa berdampak fatal, karena bisa mendorong orang jadi “malas” kerja, karena ingin semua bisa instan.

Dalam menyikapi hal ini, memang kita harus mempunyai kedalaman spiritualitas; juga  berpegang pada nilai-nilai keutamaan sebagai religius.

Ilustrasi: Rombongan Caritas Keuskupan Agung Pontianak bersama dengan anak-anak di Batu Raya. Mereka inilah yang akan menjadi generasi penerus masa depan. (Br Kris Tampajara MTB)

Kira-kira apa yang dibutuhkan dan harus disiapkan dalam menghadapi dunia instan saat ini?

Skills: Kita membutuhkan skills. Termasuk di sini adalah segala bentuk keterampilan atau kemampuan. Atau bisa juga diartikan sebagai kapasitas seorang individu untuk melakukan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan.

Sedangkan kemampuan itu sendiri adalah sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan seseorang.

Bina diri tiada henti sampai seumur hidup.

Gaya pelayanan penuh cinta. Dipraktikkan dengan penuh perhatian, semangat belas kasih, peka terhadap kebutuhan orang dan berjiwa pengampunan.

Selain skills, kita juga harus mempunyai sikap yang terbuka dan gembira.

Terbuka artinya adanya punya ketulusan hati untuk menerima realitas duniawi; rela memperbaharui diri terus-menerus sesuai dengan kehendak Allah.

  • Terbuka terhadap sesuatu dalam kehidupan.
  • Mampu mendengarkan dan sungguh-sungguh hadir bagi orang lain.
  • Memahami orang lain apa adanya dan keberadaanya.
  • Memberi penghargaan terhadap keunikan dan kompleksitas seseorang.
  • Menghargai perasaan orang lain dan mengungkapkan serta rela terbuka untuk menaruh perhatian kepada orang lain, karena dia adalah seorang pribadi yang berharga di Mata Allah.

Matius 22: 39: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”

Sebagai pribadi Kita tidak bisa menghindari perkembangan zaman, kita juga tidak bisa menolak atau bersembunyi dari perubahan-perubahan yang terjadi, tetapi yang terpenting adalah kita menerima juga memperbaharui diri berjalan sesuai jalan yang sudah dipilih dan sesuai dengan kehendak Allah, tidak menyimpang dari yang seharusnya.

Yoh 8:23 Lalu Ia berkata kepada mereka “Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini.”

Karena era milenial semakin berkembang, Paus Fransiskus punya keprihatinan akan masa depan umat manusia.

Paus Fransiskus merasa prihatin karena dunia semakin berpaling kepada pengetahuan dan teknologi, seakan-akan semua aspek eksistensi manusia dapat diatasi tanpa peranan Allah.

Paus ingin menegaskan pentingnya menemukan kembali terang iman.Karena iman adalah cahaya yang mampu menerangi setiap aspek eksistensi manusia, memberi harapan bagi orang-orang yang tak punya pengharapan lagi.

Dalam pidatonya di depan anak-anak sekolah yang dikunjunginya di Athena, Paus mendesak kaum muda agar mengejar impian mereka dan tidak tergoda oleh konsumptivisme atau “menjadi terobsesi dengan penampilan.”

Ilustrasi – Main catur untuk bisa mawas diri (ist)

Paus Fransiskus juga  mengatakan, kata-kata terkenal yang terukir di Kuil Delphi: ‘Kenali dirimu sendiri,” (Gnothi seauton)

Saat ini, kita berisiko melupakan siapa diri kita, kita menjadi terobsesi dengan penampilan, dibombardir dengan pesan yang membuat hidup bergantung pada apa yang kita kenakan sikap gengsi kita melambung tinggi.

Namun kata-kata sesanti baik  yang berbunyi kenalilah dirimu sendiri” bukan hanya ditujukan untuk kaum muda saja. Tetapi untuk seluruh massa, seluruh umat manusia.

Paus Fransiskus juga mengajak kita semua untuk menyadari bahwa nilai hidup terletak pada siapa dirimu? Dan bukan pada apa yang kamu miliki.

Nilaimu bukanlah pada merek pakaian atau sepatu yang kamu kenakan, tetapi pada keyakinanmu.

Mari kita menjadi seorang pejuang perubahan yang baik bagi dunia masa kini, jangan sampai kita kalah oleh kecanggihan dunia yang dapat mengubah kita.

Dunia dan teknologi boleh berubah, tetapi perubahan itu jangan sampai mengubah hidup kita menjadi laksana seorang manusia robot yang harus dikendalikan oleh mesin.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here