Senin, 18 November 2024
Pemberkatan Gereja-gereja Basilik St. Petrus dan Paulus.
Why 1:1-4; 2:1-5a;
Mzm 1:1-2.3.4.6;
Luk 18:35-43.
DALAM perjalanan hidup, tidak jarang kita menghadapi kesulitan, tantangan, dan bahkan penolakan dari orang-orang di sekitar kita.
Saat usaha kita tidak dihargai, atau saat semua pintu tampaknya tertutup, mudah bagi hati untuk menjadi lemah. Namun, justru dalam momen-momen seperti inilah iman kita diuji dan dimurnikan.
Ketika segala sesuatu tampak mustahil, mari kita ingat untuk berseru semakin keras kepada Allah.
Seruan ini bukanlah sekadar jeritan perasaan, melainkan ungkapan iman yang tulus bahwa hanya Dia satu-satunya sumber kekuatan dan pertolongan sejati.
Berseru kepada Allah menunjukkan bahwa kita tidak bergantung pada kekuatan kita sendiri, melainkan pada kasih karunia dan kuasa-Nya.
Saat kita berseru dengan kesungguhan iman, kita membuka pintu bagi Allah untuk berkarya dalam hidup kita. Dia tidak hanya mendengar seruan kita, tetapi juga bekerja dalam cara-cara yang sering kali melampaui pengertian kita.
“Saya terpaksa mencari jalan sendiri,” kata seorang ibu.
“Suamiku dulu Katolik. Bahkan saya pernah ikut ketekumen, namun tidak lanjut. Semuanya berubah sikap suami berubah total dari mencintaiku kemudian membenciku bahkan kini meninggalkanku.
Aku merasa sepi dan tidak tahu lagi harus melangkah ke mana, hingga aku kembali berseru mencari pegangan hidup, dan melalui doa kepada Bunda Maria di belakang gereja ini, saya kembali menemukan harapan.
Di sini, saya merasa menemukan seorang ibu yang mau mendengarkan suara jeritan pilu hatiku. Di sini saya merasa didengarkan dan diterima.
Aku percaya Bunda Maria menemaniku di saat hidupku terpuruk seperti saat ini,” lanjutnya
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Lalu ia berseru: Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku.
Maka mereka, yang berjalan di depan, menegur dia supaya ia diam. Namun semakin keras ia berseru: Anak Daud, kasihanilah aku.
Dengan menyebut Yesus sebagai “Anak Daud,” Bartimeus menunjukkan pengakuan yang mendalam akan identitas Yesus.
Bartimaeus yakin bahwa Yesus dapat memberikan kasih dan pertolongan. Keyakinan ini mendorongnya untuk terus berseru tanpa kenal lelah, mempercayai bahwa Tuhan akan mendengar dan menanggapi seruannya.
Ketika orang-orang di sekitarnya mencoba untuk menghentikannya, Bartimeus tidak mundur. Sebaliknya, seruannya semakin keras.
Sikap beriman seperti ini, menunjukkan bahwa dalam menghadapi penolakan atau rintangan, kita diajak untuk tidak menyerah, melainkan semakin giat dalam mencari pertolongan dan kasih Tuhan.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku tetap sabar dan berkomitmen penuh meski ditolak dan dikucilkan?