Mencari Tuhan Meski Airmata Tercurah

0
185 views
Ilustrasi: Maria Magdalena by Getty Images.

Selasa, 11 April 2023

Hari Selasa dalam Oktaf Paskah

  • Kis 2:36-41.
  • Mzm 33:4-5.18-19.20.22.
  • Yoh 20:11-18.

MENANGIS kerap jadi jadi simbol kelemahan. Seolah, mereka yang meneteskan air mata adalah sosok yang lemah. Namun, menangis lebih dari itu.

Menangis dipahami sebagai bentuk dasar pengungkapan emosi, yang secara klinis disebut sebagai fenomena sekretomotorik.

Menangis adalah respons yang wajar. Ketika seseorang merasa sedih, tertekan atau sangat bahagia, dia akan menangis.

Meneteskan airmata mengurangi dampak kesedihan serta merupakan pelipur lara terbaik untuk depresi. Menangis meredakan hati dan pikiran dari terlalu banyak stres dan tekanan.

Menangis selalu berhubungan dengan kasih dan pengampunan.

Dalam Injil hari ini diceritakan bagaimana Maria Magdalena benar-benar merasa kehilangan atas kematian Yesus.

Ia menangis dalam kesedihan, dan itu menunjukkan betapa besarnya kepercayaan dan kasihnya kepada Yesus.

Dan Yesus tahu bahwa mereka yang percaya kepada-Nya tidak akan dibiarkan berjalan dan berjuang sendirian.

Demikianlah kita melihat dalam Injil bahwa kerinduan hati Maria Magdalena akan Tuhan mengantar dia boleh mengalami perjumpaan personal dengan-Nya.

Penampakan Yesus bagi Maria Magdalena mendatangkan sukacita mendalam; dan semakin dapat memaknai hidup, panggilan perutusannya serta mengartikan memaknai hidup dengan kekuatan baru, yakni: kekuatan iman (untuk selalu percaya akan janji Yesus dan Sabda-Sabda-Nya) dan kekuatan cinta.

Hidup sebagai orang yang percaya dan mencintai Yesus membuat Maria menemukan makna baru akan arti “iman dan cinta akan Tuhan”.

Sehingga dengan sukacita ia pun berseru: “Aku telah melihat Tuhan.”

Maria Magdalena mengalami kesedihan mendalam, tergoncang, menangis namun ia juga aktif mencari. Ia mencari Yesus, pribadi yang dicintai dan dipercayai.

Ia menunjukkan kepada kita untuk terus berharap dan berusaha, berjuang mencari Tuhan; juga di saat kita ada dalam situasi penuh goncangan dan kesulitan.

Di saat kita mengalami “Tuhan hilang” dari gelanggang pergumulan hidup kita, kita harus berani seperti Maria Magdalena: tetap mencari dan mencari; berharap dengan penuh iman serta cinta.

Dan Tuhan akan membuat kita mampu melewati segala situasi hidup kita, untuk kemudian kita mengatakan dalam hati: ”Terima Kasih Tuhan, aku pun telah melihat-MU.”

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku mencari Tuhan dan tetap berharap meski banyak kesulitan dalam hidupku?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here