TANGGAL 11 Februari, Paus Fransiskus mengajak Gereja Katolik Semesta dan umat Katolik untuk tidak hanya “merayakan” Hari Orang Sakit Sedunia.
Lebih dari itu, kita semua mesti mencintai dan memperhatian mereka. Utamanya kaum lansia, tua renta, yang kondisi kesehatannya semakin rapuh. Juga yang sekarang tengah sakit. Apa pun derita penyakitnya.
Sejumlah umat Katolik dari wilayah pastoral Paroki Kalirejo di Kabupaten Lampung Tengah, Lampung, membuat gerakan belarasa. Melakukan kunjungan pastoral kepada kaum lansia, kaum tua renta, dan mereka yang sakit.
Membawa “persembahan” hati dan ungkapan kasih
Tidak penting lagi, apakah mereka itu Katolik atau tidak. Yang pasti, kunjungan pastoral ini lebih sebagai wujud belarasa sesama umat manusia terhadap mereka yang sudah lanjut usia dan sakit.
Untuk mereka yang seiman dengan kita, maka prodiakon lalu mengantarkan komuni kepada saudara-saudari kita yang sudah sepuh dan sakit.
Kepada mereka yang tidak Katolik, kami datang membawa persembahan hati dan niat baik.
Menyapa mereka dan mendoakan agar Tuhan berkenan menyembuhkan mereka dari beban derita sakit.
Melahirkan sukacita dan menciptakan berkah di hati
Ternyata dari kunjungan pastoral sederhana ini, kami mendapatkan banyak berkah. Yakni, rasa-merasa sukacita. Sulit dilukiskan dengan kata-kata.
Juga kaum lansia yang kami tengok. Mereka merasa diperhatikan, ditengok, dan -ini yang paling nges di hati- masih merasa dicintai.
Siapa sih yang tidak sanggup mengucap “syukur” dan berterimakasih kalau curahan hati dan perhatian masih “menyapa” mereka yang kini sudah uzur dan renta serta sakit?
Tak satu pun mampu “menolak” uluran kasih sayang, perhatian, dan cinta.
Positive vibes
Kisah kecil di wilayah pastoral Paroki Kalirejo -jauh dari pusat kota Tanjungkarang Lampung- semoga melahirkan gema positif untuk semua orang.
Setidaknya, mereka ini bisa “wadul” atau curcol positif bahwa ada pihak-pihak yang datang menyapa mereka. Membawa “hati” berupa atensi dan perlakuan kasih.
.Harapan ke depan
Tentu saja, kami senantiasa berharap bahwa kegiatan belarasa yang sangat riil ini tidak hanya berhenti di Hari Orang Sakit Sedunia saja.
Tapi kami masih mampu melakukannya pada kesempatan lain.
Dengan jumlah peserta belarasa yang semakin lebih banyak lagi.
Nges juga di hatgi kami, ketika rasa sukacita dan bahagia menyelimuti sanubari kami. Saat menyaksikan kaum lansia yang sakit itu bisa tersenyum.