Bacaan 1: Ayb 3:1-3 11-17. 20-23
Injil: Luk 9:51-56
Seorang perempuan curhat di medsos, menyesali kenapa ia harus lahir jika untuk menjalani penderitaan. Ayahnya terkena musibah sehingga tidak bisa lagi bekerja, ibunya membanting tulang untuk mendapat upah yang hanya cukup untuk makan.
Dia sebetulnya masih kuliah namun karena tidak bisa membayar uang kuliah, akhirnya di “drop out”.
Pernah kerja sekali dengan gaji yang minim namun karena perusahaannya tidak professional ia kembali terhempas dalam pengangguran. Sering di-bully teman-temannya karena kemiskinannya.
Kadang ia merenung, kenapa hal ini harus ia alami sementara teman-temannya penuh keceriaan karena kecukupannya.
Dia tidak marah kepada Tuhan namun justru terhadap orangtuanya, kenapa mereka bertemu dan melahirkannya. Hampir setiap hari mendapat omelan orang tua karena nganggur.
Ayub juga sempat menyesali kelahirannya saat mendapatkan cobaan dimana apa yang dimiliki telah diambil oleh alam. Semua yang dimilikinya lenyap tak berbekas.
“Biarlah hilang lenyap hari kelahiranku dan malam yang mengatakan: Seorang anak laki-laki telah ada dalam kandungan.
Mengapa aku tidak mati waktu aku lahir, atau binasa waktu aku keluar dari kandungan?…”
Namun Ayub tidak mengutuki Allah.
Apa yang dikatakannya hanya ungkapan penderitaan dan keputusasaan, bukan seruan menentang Allah.
Mungkin kita pernah punya masalah yang secara logika manusia tak mungkin terselesaikan namun sebagai orang beriman tidak boleh kehilangan harapan. Ayub tetap percaya Allah punya jawaban sendiri atas apa yang sedang dijalaninya meski sulit memahami rencana-Nya.
Para murid Yesus berpikir pendek ingin bertindak melakukan kekerasan kepada pemilik rumah di daerah Samaria, yang akan disinggahi Yesus dan rombongan. Namun Yakobus dan Yohanes dicegah oleh-Nya agar tidak emosi.
Akan tetapi Ia berpaling dan menegor mereka. Lalu mereka pergi ke desa yang lain.
Yesus mengajari para murid agar tidak membalas jika mengalami penolakan atau masalah.
Mungkin para murid sulit memahami apa yang dikehendaki Tuhan. Pikiran manusia yang masih berpikir secara duniawi tidak dapat menjangkau apa yang dikehendaki-Nya.
Pesan hari ini
Tuhan punya rencana untuk hidupmu, Ia selalu punya jawaban atas segala yang terjadi dalam hidupmu.
Meski sulit memahami apa yang dikehendaki-Nya, namun jangan pernah kehilangan harapan. Sebab Tuhanlah sumber harapan hidup.
“Kebaikan yang engkau lakukan hari ini, mungkin saja besok sudah dilupakan orang, tapi tetap berbuat baiklah.”