SALAH satu godaan terbesar manusia adalah godaan untuk menjadi sombong, merasa lebih, merasa bahwa semua keberhasilan itu semata-mata karena kekuatannya sendiri.
Nyanyian khas Ignatian berjudul Ambillah, ya, Tuhan dan dalam Latihan Rohani khususnya kontemplasi untuk mendapatkan cinta, kita diajak untuk belajar rendah hati bahwa semua yang kita miliki sebenarnya adalah milik Allah. Yang kita butuhkan adalah cinta dan rahmatNya agar kita dapat melaksanakan kehendak Tuhan.
Di dalam diri kita ada kecenderungan-kecenderungan untuk jatuh dalam dosa. Santo Ignatius Loyola mengikis kecenderungan kedosaan dalam dirinya itu dengan terus-menerus melakukan askesis atau mati raga (puasa dan pantang), pemeriksaan batin dan latihan rohani lainnya.
Agar bisa melakukan semua itu, kita membutuhkan curahan rahmat Allah sehingga keberhasilan dalam memerangi kedosaan itu pun tidak akan membuat kita menjadi sombong. Mendambakan cinta dan rahmatNya merupakan salah satu bentuk askesis untuk melatih kerendahan hati melawan kesombongan.
Melakukan hal-hal itu dalam pergulatan hidup kita sehari-hari merupakan bentuk paling nyata dari apa yang oleh Santo Ignasius Loyola disebut dengan istilah Kontemplasi dalam Aksi (Contemplativus in Actione ). Kontemplasi dalam aksi dengan demikian bukan sesuatu yang ada dalam pikiran, bukan sesuatu yang sedang kita kontemplasikan, melainkan sesuatu yang kita wujudkan dalam perbuatan, dalam hidup kita.
Hidup yang sesuai dengan kehendak Allah, hidup yang selalu demi kemuliaan Allah yang lebih besar, adalah aksi yang dijiwai kontemplasi. Aksi sebagai perwujudan doa; aksi yang adalah perwujudan kehadiran kita dalam Allah dan Allah yang hadir dalam hidup kita. (Selesai)
Ignatius Sunandar, pernah mengikuti Retret Agung Latihan Rohani 30 Hari di Novisiat SJ Girisonta dan kini memimpin Komunitas Sahabat Yesus di Solo, Jawa Tengah.