Mendengarkan Keluh Kesah Keluarga sebagai Berkat (1)

0
259 views
Mendengarkan keluh kesah keluarga sebagai berkat. (Ist)

SETAHUN yang lalu, persisnya tanggal 19 Maret 2021, Paus Fransiskus mencanangkan tahun 2021 sebagai Keluarga Amoris Laetitia.

Program ini akan ditutup tanggal 26 Juni 2022 pada waktu Penutupan Pertemuan Keluarga Sedunia.

Menanggapi itu, Komisi Keluarga (Komkel) Keuskupan Tanjungkarang mengadakan pertemuan selama tiga hari, Jumat, 1-3 April 2022.

Pertemuan ini diadakan diadakan baik secara online (zoom meeting) maupun offline (tatap muka) di RPCB Matow Way Hurik, Tanjungsenang, Bandar Lampung. Selain itu juga disiarkan secara live melalui kanal YouTube Komsos Tanjungkarang.

Hadir narasumbernya adalah Romo Yohanes Aristanto Setiawan MSF (Sekretaris Eksekutif Komisi Keluarga KWI) dan Romo Ignatius Supriyatno MSF.

Peserta hari pertama dikhususkan untuk tim pendamping keluarga, para romo dan suster. Peserta hari pertama untuk tim pendamping keluarga, para romo dan suster.

Esok harinya untuk Tim Pendamping Keluarga Paroki/Unit Pastoral dan Tim Katekese Persiapan Perkawinan (KPP), pemerhati keluarga dan mitra kerja Komisi Keluarga se Keuskupan Tanjungkarang.

Pertemuan ini membahas tentang:

Pertama, Pertemuan Keluarga Sedunia X, yang jatuh pada tanggal 22-26 Juni. Tema yang diangkat adalah “Kasih Keluarga: Panggilan dan Jalan Kekudusan”.

Kedua, mempersiapkan Hari Raya Kakek-Nenek dan Lansia sedunia yang jatuh pada hari Minggu, 24 Juli dengan tema ”Pada Masa Tua pun Mereka Masih Berbuah.” 

Kedua acara itu dikemas dalam bentuk program pastoral keluarga.

Gerak bersama

Delegatus Ad Omnia Romo Samiran SCJ membuka pertemuan itu. Ia berharap, semoga pertemuan ini akan membawa semangat untuk menyatukan langkah dan gerak bersama antara Komisi Keluarga Keuskupan dan para romo di paroki/unit pastoral bersama tim pendamping keluarganya.

Sehingga ke depan akan terbangun kerjasama atau sinergi yang lebih bagus untuk mendampingi umat khususnya keluarga-keluarga dengan katekese yang mereka butuhkan dan juga seperti yang diharapkan oleh Tahta Suci maupun Gereja Katolik di Indonesia.

Di Tahun Keluarga itu, Bapa Suci mengharapkan perlunya katekese ulang bahkan juga katekese berjenjang. Artinya katekese umat sesuai dengan perkembangan umur dan kebutuhan mereka.

Untuk itu, Romo Samiran SCJ meminta agar kita semua mau meluangkan waktu untuk duduk bersama membangun kerjasama, entah dengan saling memberikan informasi tentang keadaan umat yang kita layani dan kebutuhan yang kita tangkap saat ini.

Selain itu, kerelaan untuk belajar bersama dan saling membantu agar bahan katekese berjenjang itu akhirnya sungguh dapat kita pakai untuk dapat menjawab kebutuhan umat secara tepat.

Bukan masalah

Menjadi pendamping keluarga membutuhkan waktu dan hati. Menjumpai. Mendengarkan apa yang mereka butuhkan. Berdialog. Selain itu, tak perlu meninggikan diri karena kita sama-sama belajar tentang kehidupan.

Peran sebagai pendamping keluarga adalah sebagai teman untuk menguatkan iman, membentuk dan berjalan bersama.  

Romo Yohanes Aristanto Setiawan MSF mengatakan, mendengarkan keluh kesah keluarga-keluarga bukan lagi sebagai masalah tetapi sebagai berkat.

“Saya banyak belajar kehidupan yang baru tentang ketaatan dan kesetiaan,” ujarnya.

Keluarga itu penting  untuk evangelisasi dunia baru dan sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup manusia. Tanpa keluarga, kelangsungan budaya umat manusia akan terancam. Keluarga, suka atau tidak suka adalah pondasi utama.

Demikian kata Paus Fransiskus. (Berlanjut)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here