BERDASARKAN pengalaman yang saya lihat tersebut, saya kemudian berpikir bahwa siswa berperilaku kurang baik atau kurang berprestasi, banyak dipengaruhi oleh masalah-masalah yang mereka hadapi di luar sekolah, dan sering justru menjadi penyebab terbesar dari permasalahan tersebut. Hal ini kemudian membuat saya berpikir kembali, sebagai seorang pendidik, apa yang bisa saya lakukan? Apa yang bisa sekolah perbuat untuk mengatasi persoalan tersebut?
Saya menyadari bahwa bukan hanya ilmu yang diajarkan di sekolah, melainkan bagaimana seorang guru dapat menjadi sosok yang digugu dan ditiru. Bukan hal yang mudah untuk menjadi seorang pendidik yang ideal. Pendidik ideal tidak hanya membekali siswa dengan ilmu namun juga menanamkan nilai-nilai moral dan ajaran-ajaran luhur yang sepertinya sudah dipandang sebelah mata pada saat ini.
Pengaruh guru
Terlebih lagi, yang dihadapi guru adalah pribadi-pribadi yang unik, dengan karakter dan latar belakang yang berbeda. Hal ini menjadi tantangan yang besar bagi para pendidik dewasa ini. Ditambah lagi dengan keterbatasan guru dalam mengontrol aktivitas dan pergaulan siswa di luar sekolah, yang nota bene memberi pengaruh besar dalam pembentukan perilaku dan sikap mereka.
Selama beberapa bulan terakhir, keprihatinan ini sudah menjadi salah satu pekerjaan rumah bagi pihak sekolah. Kami, –mulai dari kepsek, guru-guru—hingga TU telah berupaya menanamkan kembali nilai-nilai yang perlu dijunjung tinggi. Nilai-nilai tersebut dicoba ditanamkan, mulai dari hal-hal yang sederhana.
Taruhlah itu mengajarkan sikap hormat terhadap orang yang lebih tua dengan cara menjaga cara bicara. Kami juga terus menanamkan kesadaran tentang makna memberi salam pada saat bertemu. Dari hal-hal sederhana seperti itu kami mengajak mereka untuk melakukan hal-hal yang lebih penting lagi, seperti tenggang rasa dan toleransi, kelak dalam kehidupan bermasyarakat.
Penanaman sikap-sikap positif telah dilakukan oleh pihak sekolah dalam proses pembelajaran. Guru menegur, menasehati, membimbing, dan memberi contoh kepada para siswa. Di samping itu, sekolah juga mengadakan program rekoleksi, retret, pendampingan konseling melalui bimbingan konseling (BK) dan wali kelas, serta mengadakan live-in di beberapa desa.
Tidak hanya itu, sekolah juga mengupayakan pendampingan bersama dengan orangtua. BK dan wali kelas mengadakan kunjungan ke rumah para siswa secara berkala. Dan untuk beberapa kasus khusus, tentunya ada keterlibatan dari pihak-pihak lainnya, seperti dari bagian kurikulum atau dari bagian kesiswaan. Upaya ini dilakukan sekaligus untuk memberi pemahaman kepada orangtua akan arti pentingnya peran keluarga dalam perkembangan pendidikan dan moral siswa.
Dengan berjalannya waktu, diharapkan upaya-upaya yang telah dilakukan dapat membuahkan hal-hal yang baik. Walaupun masih banyak kekurangan dan keterbatasan yang kami miliki, namun kami percaya tidak ada sesuatu yang sia-sia. Dengan pendampingan dan ketulusan niat sebagai pendidik, kami berharap dapat mencetak generasi penerus bangsa yang dapat berkarya dan berfungsi bagaikan garam dan terang dunia dalam masyarakat. (Selesai)
Photo credit: Ilustrasi (Mathias Hariyadi)
Artikel Terkait: Mendidik Anak, Kuncinya di Sekolah dan Keluarga (1)