Menebus “Dosa” dengan Mengurung Diri

0
238 views
llustrasi: Mengurung diri sendiri. (Ist)

BAPERAN- BAcaan PERmenungan hariAN.

Sabtu, 29 Januari 2022

Tema: Kuasa yang mengubah

Bacaan

  • 2 Sam. 12; 1-7a, 10-17.
  • Mrk. 34-41.

SEORANG suami, demikian kata keluarganya, sudah kerasukan roh jahat. Sudah dua bulan ini tidak pernah keluar kamar.

Pintu selalu dikunci. Makan dan minum diletakkan di depan kamar. Kadang diambilnya. Piring kosong lalu ditaruh kembali depan pintu.

Isteri dan anak tidak boleh masuk. Ia total mengurung diri.

“Mo, papa berperilaku aneh. Kami tidak bisa berbuat apa-apa. Kami membantu menjaga toko. Mama sering menangis di rumah. Kami, anak-anaknya pun tidak bisa berbuat apa-apa.

Segala usaha telah kami lakukan; kenapa papa berlaku demikian. Kami sudah menangis-nangis di depan kamar. Dan meminta maaf, kalau salah.

Segala cara sudah diusahakan. Kami khawatir kalau terjadi apa-apa,” curhatan seorang umat paroki.

“Bagaimana dengan kehidupan sehari-hari. Soal makan dan minum?”

“Kami selalu meletakkan di depan kamar.”

“Apa pernah melihat papa membuka pintu dan mengambil makanan?”

“Tidak.”

“Apakah pernah berteriak dan berperilaku aneh?”

“Tak terdengar juga sih.”

“Apa yang terjadi di rumah akhir-akhir ini?”

“Nggak terjadi apa-apa kok. Kami baik-baik

Papa mama jarang terdengar ribut. Hanya, kalau diajak ke gereja jarang mau. Dan kalau sedikit dipaksa untuk bersama ke gereja agak marah.”

“Apa yang dikatakan ketika marah?”

“Buat apa ke Gereja? Tidak ada gunanya. Munafik. Pura-pura baik tetapi jahat. Sok suci. Janji tidak ditepati. Katanya aktivis tapinya utang nggak diangsur.

Buat apa berdoa? Sia-sia. Buang-buang waktu. Tak ada guna. Toh tak dikabulkan. Buat capek saja. Bohong semuanya.”

“Adakah kegoncangan di dalam keluarga?”

Tidak ada. Kami semua baik-baik. Tetapi setengah tahun yang lalu oma meninggal.”

“Apa yang terjadi dengan oma?”

“Papa diberitahu oma sakit. Oma pingin bertemu, tapi papa bilangnya lagi sibuk. Lagi banyak urusan. Banyak rencana bersama menjenguk mama selalu gagal. Suatu saat ada telepon mengabarkan mama sangat mengharapkan. Saat itu papa agak kesel. Lagi banyak urusan. Tidak dapat ditinggal. Papa jadi uring-uringan dengan kakak yang serumah dengan oma.

Sebenarnya, kami pun ingin mengunjungi oma. Papa melarang. Alasannya, nanti bersama-sama. Baru sehari kejadian, besoknya oma meninggal.

Mungkin itu yang membuat papa jadi stres, merasa berdosa dan mengurung diri.

Sudah tiga bulan ini, semua foto-foto alm. mama-papa yang ada di rumah diambil dan disimpan di kamarnya.”

Tiba-tiba anak yang lain berkata, “Romo, bisakah rumah ini diberkati lagi dan minta misa. Sekaligus ultah perkawinan papa mama.”

“Baiklah.”

Mengunci diri sendiri di kamar. (Ist)

Letak meja altar sengaja diletakkan di depan pintu kamar papa.

Saya sengaja memposisikan seperti itu, siapa tahu ketika papa ingin keluar langsung melihat meja altar, minimal langsung melihat romonya.

Di meja ada foto alm opa oma. Foto itu minjam dari saudari papa.

Kami sengaja memilih lagu-lagu Paskah.

Selama misa saya mendengar anak kunci dicopot. Saya yakin ia mengintip. Saya sengaja memposisikan foto mama di depan lubang kunci kamarnya.

Sebelum misa saya menggetuk pintu. Tidak ada jawaban. Saya mengetuk berkali-kali dan minta izin mengadakan ekaristi.

Juga tidak ada reaksi. Kecuali suara batuk beberapa kali.

Saya masih ingat apa yang saya katakan

“Ko… Saya romo. Kami mau misa untuk kebahagiaan alm mama papa di surga. Koko berkenan ikut? Kami mohon izinnya ya. Ayuk ko, ikut?”

Tidak ada jawaban. Terdengar ada kursi yang bergeser.

Kami pun misa bersama. Intensinya untuk kebahagiaan abadi alm mama dan papa. Nama mereka selalu disebut.

Homili tertuju pada syukur atas kebaikan mereka dan keluarga besar ini. Kebetulan beberapa kali saya pernah mengunjungi mama.

Jadi memang sudah mengenal terlebih dahulu.

Sebulan kemudian foto-foto mama terpasang lagi. Sekali-kali keluar dan diam. Belum sempat berkunjung lagi.

“Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?” 38b.

Tuhan, biarlah kami percaya, kuasa kasih-Mu mampu mengubah hidup kami. Amin.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here