Berita seputar korupsi terus menghiasi media cetak dan televisi Indonesia. Seolah hidup di Indonesia tidak berasa hidup bila tiada hari tanpa korupsi. Korupsi bukan lagi barang tabu, sudah biasa dan dianggap wajar. Dikepung korupsi, Indonesia bagai negeri sejuta korupsi. Tentu, ini memprihatinkan.
Rupanya praktik korupsi sudah terjadi berabad-abad lampau. Dalam Kitab Suci, korupsi dengan jelas diceritakan dalam kisah pengkhianatan Yesus oleh Yudas Iskariot.
Mengapa Yudas mengkhianati Yesus yang adalah gurunya? Salah satu penyebabnya adalah karena dia lebih mencintai harta dunia. Yudas menempatkan materi sebagai tujuan hidupnya, termasuk ketika memutuskan mengikuti Yesus. Yudas berharap akan menjadi orang penting bila Yesus jadi raja, sehingga kekuasaan juga harta bisa dengan mudah didapat.
Namun akhirnya Yudas gagal menjadi murid setia. Hidupnya hancur dan dia menggantung diri di tanah yang disebut tanah darah di kemudian hari. Jadi, kisah tentang hilangnya jiwa akibat terlalu cinta dunia itu nyata benar bahkan dialami oleh salah satu murid Yesus, Yudas Iskariot.
Dari hal kecil
Yudas pada mulanya hanya mencuri sedikit uang dari kas yang dipegangnya dan dikumpulkan para murid Yesus lainnya. Tapi hal sepele dan sedikit itu lama-lama menjadi bukit dan Yudas pun terbiasa dan makin berani sampai akhirnya berani menjual Yesus.
Perilaku korupsi pun diawali dari hal-hal sepele, mulai dengan mengabaikan doa-doa harian, ibadah ke gereja, akhirnya makin jauh dari kehidupan rohani dan mulailah korupsi sedikit demi sedikit. Setelah ketagihan, dicarilah kesempatan karena lebih berani. Makin besar kapasitas dan volum yang dikorupsi, bahkan makin banyak kawan yang diajak.
Semakin kita masuk kegelapan, makin tidak tahu apa itu gelap. Namun kalau kita mendekat kepada terang, kita akan makin mengerti apa itu gelap. Seperti itulah sifat dosa, makin kita bergumul, makin tidak mengerti dan tidak kenal dosa itu apa. Kita makin buta, tidak kenal, tidak mengerti, bahkan tidak menyadari bahwa itu perbuatan dosa.
Sebaliknya jika kita bergaul dengan Tuhan, kita bakal makin mengenal Tuhan dan akan tahu apa itu dosa dan hal-hal yang berakibat dosa.
Harta itu sarana
Kalau begitu, apakah kita tidak boleh punya harta dunia? Tentu tidak. Kita boleh memiliki harta dunia asal ditempatkan sebagai sarana agar lebih dekat dengan Tuhan dan tidak boleh menghalangi langkah untuk lebih mencintai Tuhan sebagai pusat dan tujuan hidup kita.
Memang tidak menyenangkan bila hidup dalam keterbatasan harta dunia. Tetapi dalam keterbatasan harta duniawi kita masih bisa merasakan kedamaian karena jauh dari perasaan was-was. Dalam keterbatasan, kita masih bisa bersyukur ketika mengalami berkat Tuhan.
Kita harus terus percaya, meski sulit dan terbatas, hidup lurus dan bersih lebih membawa kedamaian daripada hidup berkelimpahan harta (dari hasil korupsi) tetapi tidak memberi kedamaian.
Seperti Yesus, ia taat sampai mati di kayu salib. Itu adalah contoh konkret sikap yang harus diambil terhadap korupsi. Yesus tidak mau korupsi atas tugas yang diberikan Bapa-Nya. Karena bisa saja Yesus kompromi, transaksi dengan musuh dan memilih berdamai dengan para penjahat duniwa serta memperoleh kekuasaan dan harta duniawi?
Tetapi Yesus memilih taat sampai mati. Ia menolak korupsi dengan menjalankan misi-Nya dengan utuh dan sempurna.
Maka marilah kita sebagai murid-murid Yesus meneladan Yesus dengan tetap setia pada misi hidup kita sebagai orang kristiani, menolak cara-cara hidup yang penuh korup.
Ingat, sebuah pencapaian hanya mempunyai makna ketika dinilai dari proses bagaimana meraihnya. Dan bila pencapaian itu dilakukan melalui cara-cara tidak benar, hasilnya hanyalah kebohongan semata. Penjara entah dalam arti fisik maupun rohani pada akhirnya merupakan tempat yang layak dihuni. Nama baik diri dan keluarga hancur.
Renungan yang menarik, thanks for sharing 🙂
Terima kasih, syukurlah kalo bermanfaat. Salam:AYP
Yesus tidak hanya menolak Korupsi , tetapi sangat jauh lebih mendasar lagi ,Yesus jelas menolak dan meminta kita menolak ; kekayaan , kehormatan , kekuasaan duniawi .
Yesus menghendaki semua murid Nya menjadi manusia Asketis seperti diri Nya .
Betul sekali Pak dan setuju. Matur nuwun. AYP