Menemukan Kembali Spiritualitas Devosi (1)

0
1,797 views

KBKK Indonesia

INILAH hasil kesepakatan yang diperoleh dalam hari-hari rapat pleno Komisi Liturgi Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) tahun ini. Kami mengadakan rapat maraton selama empat hari (18-22 Juli) di Graha Wacana, SVD Family Centre, Prigen, Pasuruan, Jawa Timur.

 

Hadir mengikuti rapat Komisi Liturgi KWI tahun 2011 ini adalah para delegasi dari seluruh keuskupan yang tersebar di seantero Indonesia. Tak kurang juga para dosen liturgi di lembaga-lembaga pendidikan katolik, dan anggota Dewan Plebo Komisi Liturgi KWI.

Tahun ini, Komlit KWI memilih tema:  “Menemukan Kembali Spiritualitas Devosi”.

Tradisi devosi

Pengalaman devosi merupakan suasana yang dominan dalam kehidupan umat katolik di Indonesia. Devosi membantu umat untuk mengungkapkan hubungan dengan Allah dan untuk menumbuhkembangkan iman. Namun, seringkali devosi dilakukan semata-mata untuk menuruti perasaan pribadi. Itu dilakukan tanpa memperhatikan kebenaran iman yang seharusnya terungkap di dalamnya dan tanpa juga memperhatikan dampaknya bagi sesama umat beriman.

Devosi dijalankan karena demi kebutuhan pribadi umat  dengan harapan Allah akan memenuhi kebutuhannya. Namun ini belum mencukupi, karena merasa puas dengan menjalankan devosi, hingga banyak orang yang kemudian kurang menghayati dan kurang menghargai liturgi. Apalagi liturgi dirasa sangat kering dan membosankan karena tidak sesuai keinginan dan perasaan pribadinya.

Memaknai devosi dalam liturgi

Melihat kenyataan itu, seluruh anggota Gereja perlu memahami spiritualitas devosi, kaitan antara devosi dan liturgi, serta bagaimana menjalankan devosi secara benar dan sehat.

Dalam devosi orang mengungkapkan bakti kepada pribadi yang dihormati dan dikasihi. Dalam pemahaman religius, devosi diarahkan kepada Allah; baik secara langsung maupun melalui orang kudus dengan berbagai cara dan sarana. Devosi yang bersifat personal itu dilakukan dalam kesadaran sebagai anggota Tubuh Kristus.

Devosi diungkapkan dalam doa, madah, kebiasaan yang dikaitkan dengan waktu atau tempat tertentu, panji-panji, medali, busana, dan sebagainya. Devosi tidak terikat pada aturan resmi Gereja seperti liturgi. Gereja pun tidak mewajibkan orang beriman untuk melaksanakannya, walaupun kegiatan ini sungguh bernilai dan disukai.

Penyelenggaraan devosi, baik urutan maupun unsur-unsurnya, dapat berubah-ubah sesuai dengan keinginan orang yang melaksanakannya. Karena lebih mengikuti keinginan pribadi, devosi tidak terikat pada kebersamaan, walaupun orang-orang yang memiliki keinginan yang sama dapat melakukannya secara bersama-sama.

Berbeda dari devosi, liturgi merupakan kegiatan resmi Gereja yang dilakukan bersama oleh umat demi kepentingan umum dan dengan mengikuti ketentuan yang dikeluarkan oleh Gereja. Dari dirinya sendiri, tindakan liturgis mengandung nilai keselamatan. Seluruh perayaan  yang dilaksanakan dengan pola resmi yang telah disepakati akan membuat umat beriman mengalami kehadiran Allah dan karyaNya yang menyelamatkan. Liturgi dipandang sebagai kegiatan yang harus dilaksanakan oleh umat beriman agar hidupnya dalam persekutuan Gereja bertumbuh dan berkembang dengan baik.

Keunggulan liturgi

Gereja menghargai kedua kegiatan itu yakni devosi dan liturgi,  karena masing-masing mempunyai peran khusus dalam menumbuhkembangkan iman. Walaupun demikian, liturgi lebih unggul dibandingkan semua bentuk doa Kristiani.

Keunggulan itu terletak pada hakikat liturgi sebagai pelaksanaan tugas imamat Yesus Kristus untuk memuliakan Allah dan menguduskan manusia. Karena itu, devosi tidak boleh menjadi saingan dari liturgi. Devosi harus selaras dengan liturgi kudus: bersumber pada liturgi dan menghantar umat kepada perayaan Liturgi (Sacrosanctum Concilium 13). Semua kegiatan devosional harus memuncak pada perjumpaan dengan Allah dalam perayaan liturgis. (Bersambung)

Mgr. AM Sutrisnaatmaka MSF, Ketua Komisi Liturgi KWI dan Uskup Diosis Palangkaraya, Kalimantan Tengah.

Photo credit: KBKK Indonesia, Mathias Hariyadi

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here