Senin, 13 Desember 2021
Bil. 24:2-7.15-17a.
Mzm. 25:4b-5b.6-7c.8-9.
Mat. 21:23-27
MELIHAT orang lain sukses dan seakan begitu mudah mendapatkan banyak rezeki, kadang kita terpana dan ingin menyamai atau bahkan melebihi orang itu.
Namun kita kadang hanya melihat kondisi sekarang. Lupa bahwa ada proses jatuh bangun yang telah dilalui orang itu hingga dia mencapai kesuksesan seperti yang terlihat saat ini.
Ambisi untuk menyamai orang lain itu mendorong orang untuk menggunakan segala cara yang instan, meski kadang bertentangan dengan iman kepercayaan kita.
“Saya tidak lagi percaya dengan dukun untuk memperlancar usahaku,” kata seorang bapak.
“Dulu, setiap kali toko sepi, yang saya ingat pergi ke dukun minta pelarisan,” lanjutnya.
“Namun, barang seperti itu ada batasnya dan rezeki menjadi tidak halal,” ujarnya.
“Seperti menyimpan air di tempat yang bocor, merembes habis tanpa jelas peruntukkannya,” ujarnya.
“Pada awalnya memang kelihatan ramai banyak pembeli, tetapi kemudian sepi dan uangnya tidak jelas kemana,” katanya.
“Tidak ada kuasa yang mengalahkan Tuhan. Dia yang memberi rezeki dengan cara yang benar dan membuat hati teneram, tidak keburu napsu,” katanya lagi.
“Sejak saya meninggalkan dunia perdukunan dan hanya percaya pada Tuhan, toko kami berjalan lebih baik. Dan yang penting kami sekeluarga lebih rukun. Kami lebih terbuka untuk bekerja sama dalam keluarga ini,” ujarnya.
“Kuasa Tuhan itu halus membimbing kami, hingga kami bisa hidup tenang dengan senantiasa mengucap syukur atas rezeki yang bisa kami nikmati setiap hari,” katanya lagi.
“Saya diingatkan bahwa Tuhan ingin hati yang percaya sepenuhnya kepada-Nya. Dia tidak ingin hati kita terbagi dan menduakan Tuhan di dalam hidup ini,” katanya dengan mantap.
Dalam bacaan Injil hari ini, kita dengar demikian,
“Lalu Yesus masuk ke Bait Allah, dan ketika Ia mengajar di situ, datanglah imam-imam kepala serta tua-tua bangsa Yahudi kepada-Nya, dan bertanya: “Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu?”
Para imam-imam, Tua-tua Yahudi dan Ahli-ahli taurat masih meragukan kuasa Yesus, dan masih hidup dalam kemunafikan.
Sebagai petinggi agama, mereka hanya mengerti ajaran-ajaran Taurat Tuhan; tetapi tidak melakukannya.
Walaupun sebenarnya mereka tahu kuasa apa yang ada pada Tuhan Yesus.
Hanya saja, mungkin karena Tuhan Yesus berasal dari keluarga biasa. Dan mereka mengenal semua keluarganya, sehingga sulit bagi mereka untuk percaya kuasa Yesus berasal dari surga.
Sehingga mereka berusaha menjebak dengan pertanyaan dan ingin menyudutkan Tuhan Yesus.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku sungguh percaya akan kuasa Tuhan dalam segala situasi yang aku hadapi?