Menerima Kenyataan: Menjadi Tua

0
403 views
HUT 75 tahun Sr. Emmanuelle Gunanto OSU.

SAMPAI masa tuamu, Aku tetap Dia.
dan sampai masa putih rambutmu, Aku menggendong kamu.
Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus.

Yes. 46:4

Aku merindukan HUT-ku yang ke-60.

Pikirku, nanti mendapat KTP seumur hidup, dan kalau naik kereta api, mendapat potongan 20%.

Tibalah saat aku naik Kereta Parahyangan Jakarta-Bandung dengan karcis LANSIA. Kondektur datang, memeriksa karcisku, mengamati wajahku, untuk memastikan bahwa aku memang lansia.

Sesudah dia pergi, aku mengamati karcisku itu. Ada cap dengan huruf besar dan tebal berwarna ungu LANSIA.

Baru aku menyadari bahwa diriku lansia. Bukan cuma wajah, tapi dari ujung rambut ke ujung kaki aku adalah lansia.

Bukan cuma raga, tapi jiwa dan rohku juga lansia.

Aku jadi panik.

Segala macam perasaan berkecamuk: takut, marah, sedih, berontak dan apa lagi …

Tapi aku tidak bisa mundur.

Masa remaja, muda, tengah umur takkan kembali.

Yang ada padaku hanya saat sekarang dan hari-hari dan tahun-tahun mendatang yang menyeramkan.

Oh Tuhan….

Perjalanan tiga jam itu menjadi sebuah pergumulan.

Syukur ketika kereta berhenti di tempat tujuan, aku sudah pasrah.

Aku LANSIA, oke, aku terima diriku lansia.

Bukankah Tuhan tetap mencintaiku?

Sampai masa tuaku, Engkau tetap Allahku. Sampai masa putih rambutku, Engkau menggendong aku.

Terima kasih, Tuhan. Engkaulah Sukacitaku.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here