Home BERITA Mengais Rahmat

Mengais Rahmat

0
Ilustrasi - Sakit dan mendapat pertolongan. (Ist)

Renungan Harian
Rabu, 3 Agustus 2022
Bacaan I: Yer. 31: 1-7
Injil: Mat. 15: 21-28
 
HARI itu, saya mengunjungi seorang bapak untuk memberikan Sakramen Orang Sakit. Bapak itu untuk disebut sudah tua sesungguhnya belumlah tua betul, usianya 65 tahun, badannya sudah amat kurus, rambutnya sudah habis dan tulang pipinya menonjol sehingga kelihatan amat tua.

Namun sorot mata dan suaranya tetap menunjukkan usia yang sesungguhnya. Bapak itu mengalami sakit kanker stadium akhir dan menurut keluarganya sejak dokter “memvonis” adanya sel kanker, kesehatan bapak itu menjadi turun drastis dan perkembangan sel kankernya amat cepat.
 
“Romo, sesungguhnya beberapa tahun lalu saya sudah divonis oleh dokter bahwa saya menderita kanker. Saat itu, saya tidak pernah memberitahu siapa pun juga terlebih ke anak-anak.

Saya tidak mau anak-anak saya menjadi bingung dan juga saya tidak mau anak-anak dengar tentang sakit saya dari orang lain.

Saat itu, yang ada dalam pikiran saya, saya harus sembuh. Saya harus menang melawan penyakit ini. Semangat yang mendorong saya untuk melawan itu adalah anak-anak saya. Mereka masih kecil, yang paling besar baru SMP dan yang kecil masih SD. Sementara ibunya sudah lebih dahulu meninggalkan kami tiga tahun sebelumnya.
 
Saya tahu bahwa apa yang saya alami ini akibat hidup saya di waktu remaja dan muda suka minum dan begadang, pokok hidup yang tidak sehat.

Saya tahu dan sadar bahwa apa yang saya alami ini karena “dosa” saya.

Maka saya setiap kali berdoa, saya mohon agar Tuhan melihat anak-anak saya. Saya mohon sembuh bukan demi diri saya sendiri tetapi demi anak-anak.

Saya amat sadar bahwa saya tidak pantas untuk memohon, tetapi saya mengibaratkan diri saya mengais rahmat demi anak-anak. Dan entah bagaimana saya yakin dengan rahmat yang saya terima dari mengais itu membantu saya.
 
Saya meminum ramuan-ramuan untuk menguatkan tubuh saya; saya menjalani hidup dengan sehat agar tubuh saya kuat melawan penyakit yang ada dalam diri saya.

Romo, saya tidak berobat, karena saya tidak ingin dirawat yang membuat saya tidak bisa bekerja, dan yang lebih penting agar anak-anak tidak tahu.

Puji Tuhan romo, saya dapat mengalahkan penyakit saya.

Saya tidak pernah merasa lemah, tidak pernah merasa sakit dan saya tetap dapat bekerja sampai anak-anak saya lulus kuliah dan sudah bisa hidup cukup mapan.

Saya amat bersyukur atas kasih dan cinta Tuhan yang luar biasa kepada saya.

Saya merasa Tuhan sengaja menyebar banyak rahmat sehingga banyak rahmat yang bisa saya ambil.
 
Oleh karena itu, saat dokter mengatakan bahwa saya  terkena kanke,r saya sudah tidak terkejut lagi.

Saya sudah berani lagi untuk memohon, saya berserah kepada-Nya dan apa pun biarlah terjadi apa yang menjadi kehendak-Nya.

Seluruh proses pengobatan yang diusahakan anak-anak saya jalani dengan sukacita sebagai bentuk kepasrahan saya kepada-Nya.

Dan bila Tuhan memanggil saya dengan penuh syukur menyambutnya. Tuhan telah menyebar banyak rahmat untuk saya yang mengais-ngais rahmat ini,” bapak itu mengakhiri ceritanya.
 
Pengalaman iman yang luar biasa yang ditunjukkan bapak itu dalam ceritanya.

Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injil Matius: “Benar Tuhan, tetapi anjing-anjing pun makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya.”

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version