ADA banyak jalan untuk mewujudkan ajaran kasih. Bacaan hari Minggu, 20 Februari 2022, mengajari satu jalan yang sangat konkret.
Kisah Daud dan Saul (1 Sam 26:2.7-9.12-13.22-23) menunjukkan belas kasihan Daud kepada Saul yang memusuhinya. Walau Daud dapat membunuh Saul yang mengejar untuk menghabisinya, dia memliih untuk memaafkannya.
Daud menunjukkan sikap nyata yang kemudian diharapkan oleh Yesus dari para murid-Nya. Itulah jalan hidup bagi murid-murid-Nya, yakni belas kasihan.
Yesus ingin supaya semua pengikut-Nya menjadi “Daud-Daud” yang lain — mengasihi musuhnya, berbuat baik kepada mereka yang telah atau akan menyakitinya.
Hukum Perjanjian Lama menuntut orang Israel mengasihi sesama bangsa Israel saja (Im 19:18).
Hukum baru yang Yesus bawa menjadikan orang kristiani kerabat bagi setiap orang (Luk 10:29–36). Kerajaan-Nya adalah satu keluarga dari semua orang; lintas batas.
Sebagai sahabat-sahabat Yesus, kita ingin berjalan di jalan Bapa surgawi. “Berbelaskasihan, sama seperti Bapamu penuh belas kasihan” (Luk 6: 36).
Kita dipanggil untuk mengampuni kesalahan orang lain, karena Tuhan telah mengampuni kesalahan kita. Berbelas kasihan.
Yesus telah menunjukkan kepada kita belas kasihan itu dalam sengsara-Nya, mengampuni musuh-musuh-Nya saat mereka menelanjangi-Nya, mengutuk-Nya, memukuli-Nya, dan menghukum mati di kayu salib (Lukas 22:63–65; 23:34).
“Dia menebus hidupmu dari kehancuran,” Daud mengingatkan kita dalam Mazmur hari ini.
Itulah pula janji dari Surat Paulus hari ini (1 Kor 15:45-49): bahwa kita yang percaya kepada “Adam yang terakhir”, Yesus, akan bangkit dari antara orang mati menurut gambar-Nya.
Sama seperti hari ini kita menyandang gambar “Adam yang pertama”, yang karena dosanya membuat Allah adalah musuh dan membawa kematian ke dalam dunia. (lihat 1 Korintus 15:21–22).
- Apakah kita telah memahami ajaran ini?
- Apakah kita siap melaksanakannya?
Yang melaksanakannya tentu menerima balasannya, karena dengan telah mengaktualisasi kasih sejati.
Minggu, 20 Februari 2022