Mengalahkan Keraguan

0
1,578 views
Ilustrasi: Ibu dan anaknya. (Ist)

KERAGUAN bisa menjadi kekuatan positif atau negatif, sebelum mengambil keputusan demi kepastian. Keragu-raguan kadang menjadi penghalang; mengarah pada  ketidakberanian mengambil keputusan.

Keragu-raguan menghancurkan kehidupan; tidak berani melangkah lebih; tidak berani mengambil risiko. Keragu-raguan dapat membuat seseorang kehilangan pandangan dan kepercayaan.

Keraguan Thomas adalah keraguan iman. Keraguan positif untuk memastikan apa yang ia imani. Keraguannya lebih pada kehati-hatian.

Keraguan Thomas membawa berkat dan sukacita. Terlebih jaminan pasti akan kasih Allah yang tiada tara. Sebuah keraguan yang mengagumkan, karena pada akhirnya menjadi sebuah kepastian iman akan Yesus Paskah. 

Gereja “dilahirkan” kembali. Gereja sebagai himpunan orang-orang yang telah diampuni; orang-orang yang telah diberkati menjadi berkat bagi sesamanya dengan cara yang sama yakni pengampunan.

Kiranya inilah satu tafsir dari bacaan Injil hari ini, Paskah Minggu Kerahiman Ilahi.

Bacaan dari Kis 4; 32-35; 1 Yoh 5: 1-6; Yoh. 20: 29-31.

Belajar dari seorang anak

Dalam sebuah kunjungan seorang ibu berkata, “Romo, anak saya sudah mulai belajar jalan.”

“Oh ya. Cepat sekali.”

Terlihat anak itu berdiri di dekat sofa, menggeserkan langkah ke kiri dan ke kanan. Tangannya memegang kuat dan kakinya diangkat-angkat.

“Ayo… kesini,” kataku.

Dari wajah terkesan mau tetapi langkah terkesan ada yang menahan. Sejenak ragu. Begitu kaki digerakkan beberapa langkah lalu jatuh.

Ibunya memeluknya.

“Ayo sayang, coba lagi ya.”

Baru tuuh langkah, jatuh lagi.

Kami semua bertepuk tangan menyemangati. Dengan cekatan dia mencoba lagi… dan berhasil.

Bahwa jatuh bukanlah kegagalan. Ia belajar melangkah lagi dan lagi. Kami semua tepuk tangan, mendukung dan memberi semangat. Dukungan menjadi energi, kekuatan,  keberanian si kecil untuk melangkah.

Tentu ada suara-suara: hati-hati, jangan cepat-cepat dllnya.

Nasihat itu bukan meragukan, tetapi sebuah pemberian semangat untuk untuk tetap berani belajar berjalan.

Satu langkah kecil merupakan awal. Satu kenangan indah terukir dan itulah kegembiraan.

Ada keberanian, ada keraguan, ada usaha mencoba kendati jatuh, ada dukungan dari orang-orang sekitar, memampukan seseorang mengambil keputusan terus berjalan.

Selang berapa bulan ada kesempatan berekaristi dalam keluarga. Si kecil lancar berjalan. Sambil jongkok saya saya bertanya, “Siapa ini ya?”.

Ia menjawab mamaku dengan tepat. Dengan sadar kupegang pipinya, “Hebat ya, tambah cantik, tambah gede… aduh cantiknya.” 

Ia agak tersenyum.

Ketika saya menyiapkan peralatan misa dan ingin memakai stola dan kasula, ia berkata, “Romo pakai apa?”

Saya kaget gembira, si kecil belum berumur empat tahun memandang saya dan berkata demikian.

“Aduh pinternya,” sambil kuacungi jempol. 

Kenangan kebersamaan dan keberanian bertanya itulah yang dilakukan Thomas Didimus, ketika Yesus tiba-tiba hadir di tengah-tengah mereka.

Keraguan Thomas dan ketegasannya sangat mengagumkan. “Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya sekali-kali aku tidak akan percaya.”, ay 25b.

Hari ini, kita merayakan Kerahiman Tuhan. Setelah Yesus menampakan dan menunjukkan diri-Nya dan Thomas melihat, Thomas mengenali-Nya dan berkata, “Ya Tuhanku dan Allahku.”, ay 28. 

Kemurahan hati Yesus membuat Thomas dan rasul yang lain mengakui-Nya. Bdk 1 Yoh 5: 1,5.

Kemurahan dan kerahiman Tuhan juga diberikan kepada kita. “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.” ay 29.

Tuhan, Engkau menyatakan kebenaran hidup, bahwa Allah adalah Bapa yang penuh belas kasihan.

Satukan Kami dengan putera-Mu. Amin.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here